Bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman ternak sapi, seperti sapi PO, sapi Bali, sapi Pesisir, sapi Aceh dan sapi Madura. Melihat keberagaman ternak sapi ini tentu dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan daging di Indonesia mengingat kebutuhan daging khususnya daging sapi masih mengandalkan impor. Tercatat populasi sapi potong di Jawa Timur sekitar 4,5 juta ekor, di Pulau Madura 950 ribu dan sekitar 164 ribu berada di Kabupaten Pamekasan. Dengan mengembangkan sapi Madura sebagai salah satu strategi diharapkan dapat mendukung pemerintah dalam swasembada daging sapi. Peni Wahyu Prihandini, S.Pt., MP, peneliti di Loka Penelitian Sapi Potong Grati, Jawa Timur, mengatakan sapi Madura merupakan salah satu ternak yang ada di peternakan rakyat. Para peternak rakyat ini dicirikan dengan tingkat pendidikan peternak yang rendah, pendapatan sedang, penerapan manajemen dan teknologi masih konvensional, lokasi ternak menyebar dan rata-rata skala usaha relatif kecil.
Mahasiswa Fakultas Peternakan (Fapet) UGM, Muhammad Khoerul Fadhli (angkatan 2015) dan Annisa Erlina Yuliani (angkatan 2016), mempresentasikan paper berjudul “Industry 4.0 : Be The Good Entrepreneur with The Best Skill” dalam The 3rd International Student Science Forum 2018, di Ho Chi Minh City, Vietnam, pada 5 Desember 2018.
“Setelah melalui proses seleksi, paper kami akhirnya terpilih untuk dapat dipresentasikan dalam forum tersebut. Paper kami membahas entrepreneur sebagai subjek terpenting dalam perkembangan suatu bangsa. Generasi muda Indonesia sebanyak 24.5% dari total populasi sebesar 252 juta. Ini merupakan peluang untuk memberdayakan generasi muda sebagai entrepreneur,” kata Muhammad Khoerul Fadhli, ketika ditemui di kampus Fapet UGM, Selasa (18/12).
Usaha ayam hias mahasiswa Fakultas Peternakan (Fapet) UGM, Mino Farm, meraih juara 1 kategori produk terinovatif dalam Festival Karakter UGM 2018 pada 24 November 2018. Ketiga mahasiswa yang menjalankan usaha tersebut ialah Akhmad Arif Sulthoni (angkatan 2017), Muhammad Hafidzuddin Tsabit (angkatan 2015), dan Hutomo Abdurrohman (angkatan 2015). Ketiganya tergabung dalam Program Mahasiswa Wirausaha UGM.
“Usaha ayam hias ini kami pilih karena kebutuhan pasar yang terus meningkat. Corak warna yang indah membuat ayam hias semakin digemari pecinta ayam hias. Selain itu, pengetahuan akan ayam hias impor belum diketahui oleh kalangan umum,” ujar Akhmad Arif Sulthoni atau yang akrab disapa Arif, ketika dihubungi Jumat (14/12) di Kampus Fapet UGM.
Inovasi dan kolaborasi menjadi dua hal penting dalam berwiraswasta. Inovasi yang diperlukan ialah yang mampu menjawab permasalahan masyarakat dan tidak harus selalu sesuatu yang canggih.
“Kuncinya adalah menciptakan produk yang relevan dan customer-driven. Tongsis misalnya, alat ini simpel tetapi sukses di pasaran karena dapat memenuhi kebutuhan masyarakat untuk berselfie,” ujar dosen muda Fakultas Peternakan (Fapet) UGM, Satyaguna Rakhmatulloh, S.Pt., M.Sc., ketika menjadi narasumber dalam Seminar Nasional Kewirausahaan, Sabtu (8/12) di Politeknik LPP Yogyakarta.
Fakultas Peternakan (Fapet) UGM akan membuka kelas pre-internasional untuk mahasiswa mulai angkatan 2018 pada semester genap tahun akademik 2018/2019 ini. Hal ini sejalan dengan visi Fapet UGM untuk menjadi the best 10 tropical countries perguruan tinggi bidang peternakan dalam waktu 5 tahun mendatang.
“Dengan dibukanya kelas pre-internasional, diharapkan akan semakin meneguhkan diri sebagai salah satu center of excellence di bidang pengembangan ilmu dan teknologi peternakan tropik yang sudah seharusnya disebarluaskan kepada masyarakat internasional melalui pendidikan ilmu dan industri peternakan berkelas dunia (world-class faculty of animal science),” ujar Dekan Fapet UGM, Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA., IPU ketika dihubungi, Minggu (9/12).