Fakultas Peternakan (Fapet) UGM bekerja sama dengan Koperasi Sekunder Sarana Usaha Warga Sejahtera Sleman menyelenggarakan kontes sapi perah semi virtual pertama di Indonesia pada 1—5 September 2020. Proses penjurian dan pengumuman pemenang dilakukan secara daring dan langsung dengan diikuti oleh 72 sapi milik peternak yang tergabung dalam Koperasi Sekunder Sarana Usaha Warga Sejahtera Sleman. Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka pelaksanaan Pengabdian Masyarakat skema Program Pengabdian Kepada Masyarakat Berbasis Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Penerapan Teknologi Tepat Guna.
Fakultas Peternakan (Fapet) UGM menyambut mahasiswa baru Prodi Magister dan Doktor Tahun Ajaran 2020/2021 pada Rabu (9/9). Acara penyambutan dilaksanakan secara daring.
“Selamat datang dan bergabung di Fapet UGM. Diterimanya Saudara sekalian menjadi mahasiswa Program Pascasarjana perlu disyukuri dengan cara bersungguh-sungguh dalam belajar. Kami ingin agar lulusan Program Pascasarjana mempunyai kualitas yang baik, oleh karena sarana dan prasarana silakan dimanfaatkan, termasuk kedalaman kompetensi dosen silakan dimanfaatkan untuk mengembangkan karier,” ujar Dekan Fapet UGM, Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA., IPU., ASEAN. Eng ketika memberikan sambutan dalam acara penerimaan mahasiswa baru.
Di tengah pesatnya teknologi di bidang perunggasan, perlindungan terhadap peternakan unggas rakyat masih dihadapkan pada berbagai tantangan. Kebijakan pemerintah adalah salah satu faktor yang membuat peternak unggas makin terhimpit.
Hal tersebut diungkapkan oleh Ir. Adi Widiatmoko, Konsultan Marketing PT Cheil Jedang Super Feed dalam acara Obrolan Peternakan (Opera) Rabu, 2 September 2020 melalui Zoom. Adi mengatakan, kebijakan pemerintah berupa penyetopan impor jagung, pelarangan Antibiotic Growth Promoter (AGP), dan izin budidaya unggas komersial oleh pabrikan hingga 2% dinilai memberatkan peternak unggas.
Livestockreview.com, Kampus. Alat perebah sapi atau restraining box selama ini hanya digunakan di rumah potong hewan ruminansia (RPH). Belum banyak penyelenggara penyembelihan ternak kurban yang mempunyai alat perebah sapi karena tidak melakukan pemotongan sepanjang tahun, sehingga penggunaannya menjadi tidak efisien.
Tanpa alat tersebut, perebahan sapi sering dilakukan tanpa metode yang benar dan bahkan cenderung kasar sehingga menyebabkan sapi mengamuk. Sapi yang mengamuk akan sulit dikendalikan dan dapat melukai petugas maupun orang-orang yang berada di sekitar area penyembelihan.
Untuk meningkatkan kesejahteraan hewan pada saat disembelih dan keamanan petugas, tim dosen Fakultas Peternakan (Fapet) UGM yang diketuai oleh Ir. Panjono, S.Pt., M.P., Ph.D., IPM., ASEAN. Eng mengembangkan prototipe portable restraining box (alat perebah sapi portabel) yang diberi nama Gama Abilawa. Alat yang terbuat dari besi/baja pipa ini berupa kandang jepit berbentuk persegi panjang dilengkapi dengan roda sehingga dapat dipindah-pindahkan dengan mudah.
Selama ini, restraining box hanya digunakan di RPH. Belum banyak penyelenggara penyembelihan hewan kurban yang mempunyai restraining box karena tidak melakukan pemotongan sepanjang tahun sehingga penggunaannya menjadi tidak efisien. Tanpa restraining box, perebahan sapi sering dilakukan tanpa metode yang benar dan bahkan cenderung kasar sehingga menyebabkan sapi mengamuk. Sapi yang mengamuk akan sulit dikendalikan dan dapat melukai petugas maupun orang-orang yang berada di sekitar area penyembelihan.