Yogyakarta (TROBOSLIVESTOCK.COM). Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (Fapet UGM) melalui Halal Research Center membagikan teknik penyembelihan hewan kurban yang halal dengan tetap mematuhi protokol kesehatan Covid-19.
“Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi kerumunan pada saat menyembelih hewan kurban. Diantaranya, membatasi atau mengurangi jumlah panitia kurban yang terlibat. Dengan kata lain, pengurus takmir masjid berwenang untuk menentukan jumlah panitia,” kata Nanung Danar Dono dosen Fapet UGM dan Direktur Halal Research Center dalam seminar online dengan tajuk ‘Pelatihan Penyembelihan Hewan Kurban’ beberapa waktu yang lalu.
Dijabarkannya, perlu membatasi atau mengurangi jumlah ternak yang disembelih di lokasi. Hewan kurban yang tidak dapat disembelih di masjid dapat dititipkan kepada lembaga AMIL yang amanah untuk dikirim ke daerah atau negara lain yang lebih membutuhkan. Sedangkan untuk pembagian daging kurban bisa 3-4 hari.
“Panitia dapat memanfaatkan kesempatan menyembelih di hari Tasyrik. Begitu pula dengan lokasi penyembelihan dapat dibagi 3-4 lokasi per wilayah RT,” tuturnya.
Nanung menambahkan, panitia kurban juga harus menyediakan air dan sabun dan atau hand sanitizer secara cukup. Anak-anak dan warga lanjut usia (di atas 50 tahun) serta warga yang sakit hendaknya tidak dilibatkan dalam penyembelihan hewan. Selain itu, sohibul kurban tidak harus hadir di lokasi penyembelihan.
Lebih lanjut shohibul kurban dapat menyaksikan penyembelihan secara online, melalui ZOOM, Webex, Google Meet, YouTube, atau media lainnya.
“Namun demikian, jika lokasi penyembelihan termasuk zona merah atau hitam, pilihan terbaik adalah hewan disembelih di rumah potong hewan resmi milik pemerintah,” terang Nanung.
Pemilihan dan Pemotongan Hewan Kurban
Nanung menjelaskan, pemilihan hewan kurban harus memperhatikan beberapa hal. Hewan yang dipilih hendaknya hewan yang jantan, dengan badan tegap, tubuh simetris proporsional, gerakannya lincah, nafsu makan normal, dan aktif. Kuku kaki juga dipastikan sehat dan utuh, hewan tidak pincang saat berjalan.
Selain itu, mata berbinar hidung basah berembun, pandangan tenang, dan bulu-bulu halus mengkilap dan lembut. Perhatikan juga bahwa tidak ada bercak darah atau darah mengalir pada lubang-lubang tubuh. Hindari membeli hewan qurban yang dipelihara di tempat pembuangan sampah,” papar Nanung.
Pada saat menyembelih hewan kurban, Nanung menganjurkan agar hewan dibaringkan menghadap kiblat dengan santun dan penuh kasih sayang. Kaki harus diikat dengan kuat dan pada saat menyembelih harus dipastikan bahwa pisau memotong 3 saluran pada leher bagian depan, yaitu saluran nafas, saluran makanan, dan 2 pembuluh darah.
“Sebelum hewan kurban benar-benar mati, penyembelih dilarang keras menusuk jantungnya, menguliti, memotong ekornya, dan sebagainya. Reflek ekor, mata, dan kaki dapat menjadi petunjuk apakah hewan sudah benar-benar mati atau belum,” kata Nanung.
Penanganan Daging Kurban
Nurliyani, dosen Fapet UGM yang juga menjadi pembicara pada acara tersebut menegaskan, penanganan daging kurban setelah disembelih pun perlu diperhatikan agar terjaga kebersihannya.
Menurut dia, ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam penanganan daging qurban, yaitu aspek higiene makanan, aspek petugas, dan aspek peralatan. Dilihat dari aspek higiene makanan, hindari tangan manusia yang kontak langsung dengan daging, hindari lalat dan serangga lainnya, hindari peralatan yang kontak dengan daging (pisau, talenan, alas, dan meja), hindari air yang kotor, lantai/tanah dan alas yang kotor.
“Dari aspek petugas, orang yang bertugas memotong daging harus menjaga kebersihan diri dan sering mencuci tangan. Selain itu, petugas harus menjaga lingkungan sekitar pemrosesan daging kurban,” ungkap Nurliyani.
Sementara itu, Nurliyani menghimbau petugas harus mengenakan alat pelindung diri yang berbeda-beda tergantung dari kewajibannya. Petugas di area kotor harus memakai masker, sepatu boots, kacamata goggle atau face shield dan sarung tangan sekali pakai. Petugas di area bersih menggunakan masker, penutup kepala, face shield, sarung tangan, celemek pelindung (apron) dan alas kaki.
Sedangkan dari aspek peralatan, Nurliyani berpesan alat yang digunakan harus bersih dan memenuhi syarat teknis higiene dan sanitasi, yaitu terbuat dari bahan yang tidak mencemari daging.
“Hindari penggunaan plastik hitam daur ulang karena elastisitasnya sangat berbeda dengan plastik bening yang masih bagus. Plastik hitam mudah sobek dan baunya menyengat,” ujar Nurliyani.
Dia menjelaskan setiap unsur daging memiliki kandungan lemak yang dapat menyerap bebauan dan rasa yang terdapat di sekitarnya. Apabila kemasan yang digunakan untuk membungkus daging berupa plastik daur ulang yang mengandung bahan kimia berbahaya, dikhawatirkan dapat mengubah kualitas daging.
“Panitia lebih disarankan membungkus daging yang akan dibagikan dengan kantong plastik bening atau besek,” tandas Nurliyani. ue/zul
Sumber: http://troboslivestock.com/detail-berita/2021/07/07/57/14634/tips-berkurban-yang-aman-dan-halal-di-kala-pandemi
Link Terkait:
http://www.majalahinfovet.com/2021/07/penyembelihan-hewan-kurban-di-kala.html?m=1
http://www.majalahinfovet.com/2021/07/begini-penanganan-daging-hewan-kurban.html?m=1
Fapet UGM Beri Pelatihan Penyembelihan dan Penanganan Ternak Qurban di Masa Pandemi