UGM kembali kehilangan putra terbaiknya yaitu Prof. drh. Soemitro Padmowijoto, M.Sc., Ph.D., Rabu (24/10). Jenazah almarhum Guru Besar Fakultas Peternakan UGM ini mendapat penghormatan terakhir dari keluarga besar UGM di Balairung UGM, Kamis (25/10).
Ketua Dewan Guru Besar UGM, Prof. Drs. Koentjoro, MBSC., Ph.D., dalam sambutannya mengucapkan duka cita mendalam atas kepergian almarhum. Almarhum sebelumnya dikenal dari pemikirannya tentang teknologi mratani dalam sejarah pertanian Indonesia, yaitu selain bercocok tanam juga beternak dan berkebun, serta menanam pohon-pohon di halaman rumah.
“Ini merupakan teknologi peninggalan nenek moyang yang kurang dikembangkan dalam pembangunan desa. Padahal, jika teknologi ini mendapat perhatian dan didukung program pembangunan lintas sektoral mestinya dapat membantu petani menghadapi persoalan lahan sempit maupun tanah kurang subur dan kering,”papar Koentjoro.
Ia menambahkan dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar pada 8 September 2001 dengan judul Peranan Hijauan Legume dan Ternak dalam Pertanian Berkelanjutan almarhum berharap adanya sistem pertanian yang berwawasan lingkungan menuju perkembangan berkelanjutan. Untuk itu perlu dilakukan total manajemen sumber daya alam dalam pertanian secara integratif dan berkelanjutan dengan memanfaatkan limbah peternakan dan limbah pertanian serta pohon, terutama legume.
Usai mendapatkan penghormatan terakhir di Balairung UGM, jenazah almarhum selanjutnya dimakamkan di pemakaman UGM Sawitsari. (Humas UGM/Satria;foto: Firsto)
Sumber: http://ugm.ac.id/id/berita/17282-prof.drh.soemitro.padwowijoto.berpulang