Perjuangan berat untuk mendapatkan beasiswa tidak menyurutkan langkah Dewi Sartika untuk kuliah di UGM. Berkat kegigihannya mengikuti proses seleksi beasiswa, Dewi Sartika diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Peternakan (Fapet) UGM tahun ajaran 2017/2018. Putri dari Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu ini berhasil masuk Fapet UGM melalui program Penelusuran Bibit Unggul Kemitraan (PBUK).
Tika, panggilan sehari-hari Dewi Sartika, merupakan siswa SMAN 1 Kaur, Bengkulu, yang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti proses seleksi beasiswa Bintang Jemput Bintang dari Pemerintah Daerah Kaur. Di Bandung, ia bersama 11 peserta seleksi lainnya digembleng secara mental dan fisik. “Selain berlatih pelajaran sekolah selama empat hari penuh, fisik kami juga ditantang untuk dapat bertahan di hutan dengan peralatan seadanya,” ujar dara kelahiran Kaur ini ketika ditemui di Kampus Fapet UGM, Senin (28/8).
Tika mengungkapkan, bagian terberat dari proses seleksi tersebut adalah ketika ia dan peserta tes lainnya ditantang untuk hidup di hutan selama tiga hari. Dalam kegiatan ini, ia benar-benar dilatih untuk hidup mandiri, bekerja sama dengan tim, membangun kepercayaan diri, dan meningkatkan keberanian. “Kami mulai menelusuri hutan pukul 7 pagi dan sampai di area perkemahan hampir magrib dengan membawa tas carrier seberat 9 kg. Di sana, kami harus mendirikan bivak sendiri tanpa diajari terlebih dahulu. Hari kedua, kami melanjutkan mengitari hutan sehari penuh dan mendirikan bivak di area lain. Jika hari pertama bivak ditempati oleh tiga orang, pada hari kedua ini kami harus menempati bivak sendiri-sendiri dengan jarak yang lumayan jauh,” kenang Tika.
Setelah rangkaian proses seleksi dilaksanakan, tibalah saat pengumuman. Namun, Tika dinyatakan tidak lolos untuk memperoleh beasiswa luar negeri. “Saya tidak lolos untuk kuliah di luar negeri tetapi masih diberi kesempatan untuk ikut proses seleksi beasiswa dalam negeri. Kesempatan ini pun tidak saya sia-siakan. Pilihan saya jatuh pada Fakultas Peternakan UGM. Dari 10 peserta tes yang tersisa, lima orang lolos dalam seleksi tersebut dan saya adalah satu-satunya yang diterima di UGM,” kata Tika yang telah 2 minggu ini berkuliah di Fapet UGM.
Belajar Melalui Internet
Tika menuturkan, untuk dapat lolos dalam tes seleksi, belajar dapat dilakukan melalui internet. “Saya tidak ikut bimbingan belajar di luar sekolah. Untuk latihan soal, bisa mendownload dari internet. Di situ ada contoh soal untuk berlatih kecepatan, ketepatan, fokus, dan menggambar,” tuturnya.
Belajar melalui internet merupakan hal yang paling mudah dilakukan karena Tika kesulitan untuk mengakses buku-buku di Kaur. “Di Kaur tidak ada toko buku. Untuk memperoleh buku-buku latihan soal UAN, saya harus ke Bengkulu kota. Perjalanan ke sana memerlukan waktu 6—7 jam dengan mobil atau bis. Sehingga, untuk pergi ke sana harus menunggu hari libur karena tidak mungkin ditempuh hanya dalam satu hari,” katanya. Selain memperkaya diri dengan latihan soal, Tika juga mempersiapkan fisik sebaik mungkin, yaitu dengan tidak tidur larut malam.
Tika telah akrab dengan dunia peternakan sejak kecil. Di rumahnya, ia terbiasa beternak 30 ekor ayam yang ia urus sendiri mulai dari memberi makan hingga membersihkan kandang. “Karena hobi beternak ini, saya memilih untuk masuk di Fapet UGM. Harapannya, saya lebih dapat mengembangkan jiwa beternak saya. Selain itu, saya juga berharap agar dunia peternakan di Indonesia semakin maju, khususnya di Kaur ada industri peternakan,” imbuh Tika.
Selain meraih prestasi di bidang akademis, Tika juga berprestasi dalam bidang grafiti. “Saya senang menggambar sejak kecil. Prestasi yang pernah saya raih adalah sebagai juara I lomba grafiti dalam rangka ulang tahun ke-72 Palang Merah Indonesia se-Kabupaten Kaur,” pungkas Tika. (Humas Fapet/Nadia)