Bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman ternak sapi, seperti sapi PO, sapi Bali, sapi Pesisir, sapi Aceh dan sapi Madura. Melihat keberagaman ternak sapi ini tentu dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan daging di Indonesia mengingat kebutuhan daging khususnya daging sapi masih mengandalkan impor. Tercatat populasi sapi potong di Jawa Timur sekitar 4,5 juta ekor, di Pulau Madura 950 ribu dan sekitar 164 ribu berada di Kabupaten Pamekasan. Dengan mengembangkan sapi Madura sebagai salah satu strategi diharapkan dapat mendukung pemerintah dalam swasembada daging sapi. Peni Wahyu Prihandini, S.Pt., MP, peneliti di Loka Penelitian Sapi Potong Grati, Jawa Timur, mengatakan sapi Madura merupakan salah satu ternak yang ada di peternakan rakyat. Para peternak rakyat ini dicirikan dengan tingkat pendidikan peternak yang rendah, pendapatan sedang, penerapan manajemen dan teknologi masih konvensional, lokasi ternak menyebar dan rata-rata skala usaha relatif kecil.
“Kehidupan masyarakat lokal tidak bisa dipisahkan dari keberadaan sapi Madura karena sapi Madura memiliki nilai kultural dan historis tinggi, sekaligus menjadi tabungan keluarga,” ujar Peni, di Auditorium Fakultas Peternakan UGM, Kamis (20/12) saat menempuh ujian terbuka program doktor.
Meski berkontribusi 18 hingga 28 persen bagi pendapatan keluarga, peranan sapi Madura sejauh ini hanya sebagai usaha sambilan dan belum menjadi cabang usaha. Oleh karena itu, sudah saatnya kegiatan usaha sapi Madura diarahkan sebagai cabang usaha tidak lagi sekadar sebagai kesenangan, penyedia hewan kurban, ritual atau tabungan. Peni Wahyu Prihandini menyebut dengan mendapat dukungan ketersediaan rumput alam dan lahan yang luas, para peternak rakyat diharapkan dapat menjadi tulang punggung keberhasilan program swasembada daging. Apalagi potensi peternak sapi Madura di Kabupaten Pamekasan ditinjau dari parameter populasi sangat baik.
“Nilai natural increase sebesar 61,94 persen termasuk kelas tinggi. Potensi populasi sapi Madura yang tinggi ini mestinya didukung dengan produktivitas ternak yang tinggi pula,” paparnya.
Peni berpandangan untuk mencapai produktivitas ternak yang tinggi maka dapat dicapai melalui pemilihan sistem pemuliabiakan ternak yang tepat dengan melalui seleksi. Seleksi sapi potong khususnya sapi Madura lebih banyak dititikberatkan pada bobot badan umur tertentu, kecepatan pertumbuhan dan ukuran tubuh pada umur tertentu yang secara ekonomis menguntungkan.
Peni berpendapat seleksi secara molekuler dengan gen MC4R menunjukan hubungan yang positif antara genotip dengan sifat pertumbuhan. Gen tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk seleksi dan kedepannya dapat dipilih sapi Madura sebagai bibit yang baik untuk Lolitsapi di Kabupaten Pamekasan.
“Penemuan marka genetik untuk mengetahui pertumbuhan sapi yang tinggi pada sapi Madura di Pamekasan dan Lolitsapi dapat menjadi kriteria seleksi baru disamping kriteria seleksi yang telah umum digunakan dalam seleksi perbaikan pertumbuhan sapi Madura di Indonesia selama ini. Keterlibatan marka genetik sebagai kriteria baru dapat mempercepat perbaikan genetik sapi Madura di Indonesia tanpa mengabaikan karakteristik, ciri khas sapi Madura dan manajemen pemeliharaan sapi Madura,” ucap Peni yang dinyatakan lulus Program Doktor Fakultas Peternakan UGM dengan predikat cumlaude. (Humas UGM/ Agung)
Sumber: http://ugm.ac.id/id/berita/17518-kembangkan.sapi.madura.untuk.mendukung.swasembada.daging