Wayang kancil, seni pertunjukan fabel yang mengisahkan kecerdikan kancil berlatar belakang kehidupan petani / peternak pedesaan menjadi sarana mendekatkan anak-anak pada dunia peternakan.
Dekan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA, DEA, IPU, ASEAN. Eng, menyatakan pertunjukan wayang kancil menjadi salah satu mata acara untuk meramaikan Gebyar Lustrum X Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Digelar untuk menghibur anak-anak, peserta lomba mewarnai untuk anak usia PAUD/TK dan SD dalam rangka ulang tahun emas Fapet UGM pada Jumat (8/11/2019).
Dia menjelaskan, lomba mewarnai gambar bertema hewan ternak dan apresiasi wayang kancil merupakan media yang efektif untuk memperkenalkan dunia peternakan kepada anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. “Peternakan sebagai penghasil daging, telur dan susu yang setiap hari dikonsumsi oleh keluarga Indonesia adalah panganbergizi yang hanya dihasilkan oleh ternak. Pemahaman inilah yang sedang kita tanamkan melalui metode ini,” ungkapnya saat memberikan sambutan pembukaan lomba mewarnai dan apresiasi wayang kancil.
Rahayu, dalang wayang kancil dari Sanggar mBah Ledjar – Yogyakarta menjelaskan wayang kancil menampilkan sosok kancil sebagai tokoh utama. Pada cerita kancil hadir pula tokoh-tokoh hewan ternak seperti kambing, domba, sapi, kerbau dll, selain tokoh hewan liar seperti harimau, gajah, ular, dll. “Wayang kancil mencoba menanamkan nilai kepada anak-anak, mengenalkan kehidupan pedesaan dan juga mengenalkan mereka kepada wayang kulit,” ungkap dalang generasi milenial yang akrab disapa Yeti ini.
Wujud anak wayang kancil yang tidak terlalu rumit seperti wayang purwa, bisa menjadi media mengenalkan jenis hewan dan ternak kepada anak. “Ada sapi, ayam, burung, dan kambing. Yang ini kambing atau domba adik-adik ? Ini kambing karena bulunya lurus, kalau domba bulunya keriting,” tutur Yeti saat mendalang dikelilingi anak-anak peserta lomba mewarnai yang menunggu pengumuman pemenang.
Yeti mengungkapkan, pertunjukan wayang kancil memang dibuat interaktif, terjadi dialog antara audiens dengan dalang. “Kita sesuaikan dengan dunia anak-anak, supaya mereka tetap mengikuti pertunjukan. Mereka pun bebas menyentuh wayang, bahkan memainkan anak wayang yang sedang tidak dimainkan oleh dalang. Bahkan anak-anak juga dibiarkan bercakap-cakap dengan pemain iringan musik dan menyentuh gamelan mereka,” jelas dia.
Pada akhir pertunjukan wayang, diumumkan pemenang lomba mewarnai. Juara I kategori anak usia PAUD / TK Oscar Sukma (TK Pertiwi 2 Kemasan), Juara II Nada Fajria Salsabil (TK Negeri Pembina Bantul), dan Juara III Askana Sakhi Mustafa Ilun (TK PKK 04 Bantul), Juara Harapan I Alika Renata (TK Pertiwi), Juara Harapan II Nadia (PAUD Lembah Quran Yogyakarta) dan Juara Harapan III Amora Reyna Natya (TK Ngestreni). Adapun Juara I kategori anak usia SD adalah Donna Selna Lataiya (SD Negeri I Yogyakarta), Juara II Allyna Sukma (SD Negeri Mojo), dan Juara III Michelle E (SD Katolik St Yusuf), Juara Harapan I Torres Equen TW (SD Negeri Petinggen Yogyakarta), Juara Harapan II Najwan Fadly R (SD Cebongan), dan Juara Harapan III Indira Meisya (SD Negeri 1 Ungaran).