Pada 2019, kontribusi sektor pertanian terhadap PDB sebesar 14,10% sementara itu populasi unggas nasional (ayam pedaging) sebesar 87% dengan pertumbuhan sebesar 7% per tahun. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa industri unggas mengalami peningkatan meskipun sektor pertanian mendapat tekanan. Terdapat pergeseran pola konsumsi produk peternakan di masyarakat terutama produk daging ayam dan telur.
Industri perunggasan, khususnya ayam broiler, akan terus bertumbuh untuk mencukupi kebutuhan protein hewani masyarakat, seiring dengan peningkatan pendapatan, perkembangan jumlah penduduk, dan kesadaran masyarakat terkait nilai gizi dan kesehatan dari daging ayam. Dinamika ekonomi dan penyakit hewani berimplikasi pada pentingnya penggunaan teknologi untuk proses budidaya, agar menghasilkan produk yang lebih efisien, produktif, dan berkualitas.
Pertumbuhan industri perunggasan ini memberikan angin segar prospek dunia kerja lulusan peternakan. Dalam lingkup perusahaan, lulusan peternakan dapat berkarir di setiap lini proses bisnis industri perunggasan, mulai dari farm supervisor hingga sales officer.
Hal tersebut diungkapkan oleh Syafri Afriansyah, Head of Human Capital for Poultry Business PT Charoen Pokphand Indonesia, Tbk ketika memberikan pembekalan kepada peserta program Work Based Academy (WBA), Jumat (14/2) di kampus Fapet UGM.
Syafri Afriansyah mengungkapkan, perguruan tinggi merupakan pendongkrak perkembangan industri perunggasan. Perguruan Tinggi sebagai center of excellence mengembangkan pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat untuk menghasilkan proven technology yang dapat diaplikasikan di masyarakat.
“Dengan ini, diharapkan perguruan tinggi menghasilkan lulusan berkualitas yang mampu menjawab kebutuhan industri menjadi referensi bagi stakeholder industri. SDM berkualitas akan menjadi keunggulan kompetitif bagi perusahaan,” ujar Syafri.
Untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan industri, diperlukan kompetensi, salah satunya mengenai pengoperasian kandang closed house (kandang tertutup). Kandang tertutup diharapkan menjawab permasalahan industri perunggasan. Kandang ini menjawab permasalahan performance kandang (FCR, mortalitas, EEF) sebagai akibat iklim/cuaca yang semakin ekstrim yang mengganggu proses budidaya. Selain itu, kandang ini memungkinkan pemeliharaan ayam secara lebih produktif, dengan kapasitas lebih banyak dan lebih padat.
Program Work Based Academy
Untuk menyediakan sumber daya manusia (SDM) yang terampil dalam mengelola closed house, Fapet UGM bekerja sama dengan PT. Charoen Pokphan Indonesia Tbk menyelenggarakan program Work-Based Academy (WBA) dengan tema Manajemen Closed House Broiler. Program ini diikuti oleh 20 fresh graduate program studi peternakan yang berasal dari 7 universitas di Indonesia dan diseleksi dari 139 pendaftar.
Para peserta akan mengikuti program in class training yang merupakan pembekalan sebelum mereka melakukan magang di commercial farm broiler. Program in class training berlangsung pada 10—14 Februari 2020 di Fapet UGM, dilanjutkan kegiatan magang selama 6 bulan yang akan berakhir pada Agustus 2020. Selama in class training, peserta akan mendapatkan materi dasar terkait penggunaan closed house, MEE (mekanikal, elektrikal dan energi), sistem kemitraan peternakan broiler, nutrisi, dan menejemen pemberian pakan broiler, kesejahteraan dan kesehatan broiler, serta kunjungan ke teaching farm yang berada di Fapet UGM.
Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof, Dr. Ir. Ali Agus DAA., DEA., IPU. ASEAN. Eng. menyampaikan bahwa program WBA merupakan program belajar bekerja selama 6 bulan untuk memberikan keterampilan lulusan baru sarjana peternakan dalam industri perunggasan, terutama pemeliharaan broiler menggunakan teknologi closed house.
“Negara tropis seperti Indonesia dengan kelembaban dan temperatur yang tinggi sering menyebabkan ayam stres sehingga produktivitas menjadi rendah. Adanya closed house membuat lingkungan dapat disesuaikan dengan kebutuhan ternak sehingga produktivitas ternak akan lebih baik,” ujar Dekan. (Humas Fapet/Nadia)