Fakultas Peternakan UGM menjadi tuan rumah penyelenggaraan the 6th International Seminar of Animal Nutrition and Feed Science (ISAINI 2021) dengan tema Tropical Livestock Production Systems and Animal Welfare for Sustainable Development Goals pada Rabu—Kamis, 7—8 Juli 2021.
“Seminar tersebut menawarkan 10 sub tema, yaitu Feed and Climate Change, Animal Nutrition and Green Environment, Animal Waste and Enviromental Issues, Animal Nutrition and Feed Engineering, Biotechnology in Animal Nutrition, Functional Feed and Animal Health, Animal Welfare and Health, Breeding and Livestock Production, Poultry Production and Nutrition, Animal Physiology and Behavior, Animal Product and Technology, Extension of Agriculture,” jelas Ketua Panitia, Ir. Bambang Suwignyo, S.Pt., M.P., Ph.D., IPM., ASEAN. Eng dalam sambutannya ketika membuka seminar, Rabu (7/7).
Bambang menambahkan, dalam seminar tersebut dihadirkan enam pembicara, yaitu Prof. Ismunandar, Ph.D. Plt. Deputi Penguatan Riset dan Pengembangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (sebagai keynote speaker), Prof. Ali Agus dari Universitas Gadjah Mada Indonesia, Ibu Marlina dan Bapak Ferdy dari PT. Gerbang Cahaya Utama, Prof. Yutaka Uyeno dari Shinshu University, Japan, Dr. Karen Harper dari University of Queensland Australia, Dr. Chung Ki Yong dari Korea National College of Agriculture and Fisheries, Korea.
“Dalam ISAINI ke-6 ini, terdapat 70 paper dengan presenter dari 8 negara yang lolos dalam screening. Semua paper yang diterima dan dipresentasikan akan dipublikasikan dalam prosiding yang terindeks Clarivate Analytics-Web of Sciences,” ujar Bambang.
Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA., IPU., ASEAN. Eng dalam sambutannya mengatakan, seminar tahun ini merupakan seminar ISAINI pertama yang dibuat prosiding terindeks.
“Selama 10 tahun terakhir, kontribusi seminar ini terhadap perkembangan produksi ternak sangat signifikan dalam memperkenalkan pengetahuan baru dan peralatan yang diperlukan untuk mempertahankan sistem peternakan yang berkelanjutan di Indonesia,” kata Ali.
Ali menambahkan, tema yang diambil diharapkan dapat memperbaiki sistem peternakan dengan mempertimbangkan teknologi terbaru, kesejahteraan ternak, dan lingkungan yang sehat sebagai isu utama dalam area peternakan. Berbagai usaha harus ditujukan untuk memecahkan masalah perubahan iklim dan populasi untuk menjamin pangan berkelanjutan di masa mendatang. Sebagai negara agraris, Indonesia berpeluang memimpin produksi pangan di masa mendatang, khususnya dalam produk peternakan.
“Diharapkan seminar ini dapat memperkaya pengetahuan dan menunjukkan perspektif baru dalam riset terkini kepada para peserta. Kerja sama lanjutan juga diharapkan untuk kemajuan peternakan,” ujar Ali.
Ketua Asosiasi Ahli Ilmu Nutrisi dan Pakan Indonesia, Dr. Osfar Sjofjan mengatakan, perkembangan ilmu nutrisi ternak sangat maju. Tema yang diangkat dalam seminar 2 hari ini sangat relevan dengan kondisi di Indonesia, yaitu sistem produksi ternak sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tropis dan kesejahteraan ternak. Di sisi lain, di era 4.0 ini sektor peternakan membutuhkan ilmu peternakan yang efektif, efisien, dan modern termasuk perkembangan nutrisi pakan.
Perkembangan ilmu pakan ternak dan industri peternakan saat ini sangat maju, baik dari sisi lingkungan, bahan-bahan lokal, teknologi, dan manajemen suplai pakan.
Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian Universitas Gadjah Mada, drg. Ika Dewi Ana, M. kes., Ph.D. mengatakan seminar ini sesuai dengan visi universitas dan menjadi bagian dari pengabdian kepada masyarakat.
“Seminar ini mendiseminasikan hasil penelitian serta produk inovasi teknologi pengembangan sistem produksi ternak tropik dan kesejahteraan hewan yang ramah lingkungan serta pengelolaannya, karena teknologi tepat guna layak diterapkan pada usaha peternakan dalam skala industri dan petani. Di Indonesia yang dikenal sebagai negara megabiodiversitas, ilmu peternakan termasuk penemuan di bidang pakan sangatlah penting dan hal ini akan mewujudkan visi dari UGM,” ungkap Ika.
Prof. Ismunandar, Ph. D dari Badan Riset dan Inovasi Nasional mengatakan, bidang pertanian dan pangan menjadi salah satu prioritas riset nasional. Untuk menguatkan riset, sumber daya manusia menjadi penggerak utama, dalam hal ini universitas dan fakultas merupakan penghasil sumber daya manusia yang unggul dalam riset. Pemerintah dan industri merupakan pendukung yang memberikan kontribusi terhadap inovasi riset. Universitas diharapkan tetap bersemangat melaksanakan riset untuk kemajuan negara.
“Permasalahan yang dihadapi dalam riset di Indonesia adalah rendahnya anggaran. Sumber anggaran riset di Indonesia berasal dari pemerintah, sementara itu di negara-negara lain bahkan di Asia, kontribusi sektor swasta lebih besar daripada pemerintah. Hal ini diharapkan dapat terjadi di Indonesia. Selain itu, Indonesia masih menghadapi masalah teknologi yang masih berkembang dalam riset,” kata Ismunandar.
Di akhir paparannya, Ismunandar mengungkapkan beberapa poin yang dapat meningkatkan lingkaran ekonomi dalam sektor peternakan, yaitu majunya infrastruktur dan inovasi, penggunaan bentuk protein alternatif untuk meningkatkan pakan ternak, meningkatkan efisiensi produk peternakan, dan penggunaan teknologi yang memiliki standar sesuai era disrupsi. (Humas Fapet/Nadia)