Fakultas Peternakan UGM memberdayakan istri peternak di Desa Tahunan, Pacitan, mengolah susu sapi segar menjadi susu pasteurisasi kombinasi empon-empon. Hal ini dilakukan karena susu segar yang tidak terjual seringkali terbuang akibat dari minimnya pengetahuan dan keterampilan tentang pengolahan susu.
Dengan pendampingan tersebut, susu segar dapat diolah menjadi produk pangan olahan susu yang lezat, bergizi, tahan cukup lama, dan bernilai jual lebih tinggi. Empon-empon dipilih sebagai bahan tambahan karena merupakan tanaman unggulan di desa tersebut. Selain itu, tanaman ini dipercaya dapat meningkatkan antibodi.
Hal tersebut diungkapkan oleh Prof. Ir. Ambar Pertiwiningrum, M.Si., Ph.D., IPM., ASEAN. Eng, dosen Fakultas Peternakan UGM selaku ketua kegiatan pengabdian kepada masyarakat, Selasa (20/4) di Fakultas Peternakan UGM.
“Kelompok peternak Bumi Rahayu di Desa Tahunan menggantungkan penjualan susu kepada koperasi. Mereka menjual susu dalam keadaan segar dan tidak mengolahnya apabila tidak habis terjual. Susu yang tidak terjual diberikan secara cuma-cuma kepada tetangga atau dicampurkan pada pakan sapi,” ujar Ambar.
Kondisi ini, tambah Ambar, menjadikan pendapatan harian para peternak menjadi berkurang terlebih dengan adanya pandemi Covid-19. Bahkan, ada peternak yang mulai menjual sapinya karena tidak dapat membeli pakan.
Kelompok yang beranggotakan 25 orang tersebut memiliki lebih dari 50 ekor sapi dengan rata-rata produksi per hari mencapai 6—10 liter per ekor dengan nilai jual ke koperasi sebesar Rp5.000,00 per liter. Pendapatan rata-rata setiap peternak di kelompok tersebut hampir sama, yaitu kurang lebih Rp80.000,00 per hari atau sekitar Rp2.400.000,00 per bulan. Padahal, sebagian besar istri peternak tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga yang hanya mengandalkan pendapatan suami.
“Pendampingan pembuatan susu pasteurisasi diawali dengan pelatihan cara memerah susu yang benar dan sehat. Kemudian, dilanjutkan dengan proses pengolahan susu yang mengombinasikan dengan potensi lokal, yaitu empon-empon,” kata Ambar.
Ambar mengungkapkan, pengolahan susu segar menjadi susu pasteurisasi dapat meningkatkan pendapatan peternak. Selain itu, tidak ada lagi susu yang terbuang.
“Setelah diberikan pelatihan pengolahan susu, peternak dilatih untuk memasarkan produk susu pasteurisasi secara online melalui media sosial. Peternak dilatih mempublikasikan video dan foto produk, memilih kata-kata kreatif dalam promosi, dan dilatih menggunakan hashtag agar produk mudah ditemukan oleh konsumen,” ujar Ambar.
Selain melakukan pendampingan pengolahan susu, Ambar bersama tim peneliti lainnya (Prof. Catur Sugiyanto, MA., Ph.D. dan Dr. drh. Soedarmanto Indarjulianto) melakukan pendampingan dan penguatan kelembagaan wanita. Hal ini penting dilakukan karena dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan dan konsumsi pangan rumah tangga yang menjadi anggota kelompoknya. Ambar dan timnya melaksanakan asistensi, fasilitasi, serta pengembangan kapasitas anggota kelompok berupa peningkatan pendidikan pangan dan gizi. (Humas Fapet/Nadia)