Fakultas Peternakan UGM menciptakan sebuah sistem pendeteksi performa kandang ayam yang memudahkan peternak memantau ayam dari sebuah aplikasi yang diinstal di handphone. Sistem tersebut bernama BroilerX, yang merupakan salah satu brand yang dikembangkan oleh PT. Integrasi Teknologi Unggas.
“Penggunaan teknologi ini penting karena ayam broiler di Indonesia rentan terkena heat stress yang berdampak pada performa ayam broiler. IoT mampu mencatat suhu, kelembaban, kadar ammonia, kadar CO2 di kandang dan dapat dilaporkan secara realtime sehingga peternak dapat melakukan tindakan secepat mungkin ketika terjadi perubahan pada komponen yang memengaruhi kenyamanan ayam,” ujar Galuh Adi Insani, S.Pt., M.Sc, dosen Fakultas Peternakan UGM yang merupakan ketua tim research and developments produk tersebut, dalam Workshop Internet of Things (IoT) Smart Poultry Farming yang dilaksanakan Kamis, 5 Agustus 2021.
Dalam workshop yang diselenggarakan melalui Zoom Meeting yang dihadiri lebih dari 100 peserta tersebut, Galuh menjelaskan bahwa teknologi tersebut memiliki fitur berupa early warning system yang akan memberikan notifikasi di aplikasi Android maupun di web desktop, sehingga ayam yang kondisinya menurun dari efek lingkungan yang semakin kurang mendukung, dapat diselamatkan secepat mungkin.
“Sistem ini dibuat dan dikembangkan sebagai langkah melengkapi dan menyempurnakan sensor dan peralatan yang ada di kandang closed house dalam upaya mengatur lingkungan mikro di dalam kandang,” kata Galuh.
Kandang closed house sekarang hanya dilengkapi dengan sensor saja tanpa melakukan proses record data perubahan kondisi di dalam kandang seperti suhu, kelembaban, kadar amonia, kadar CO2, dan lain sebagainya. Sedangkan dengan memanfaatkan IoT, hal tersebut sangat dimungkinkan, sehingga jika terdapat kasus penurunan performa dari ayam, dapat dilakukan proses pelacakan dan perbaikan. Sistem yang diciptakan oleh tim tersebut memiliki sensor yang dapat mendeteksi perubahan kondisi lingkungan dan kedepannya akan dapat dilengkapi dengan sistem automasi atau sistem lain yang bekerja, seiring banyaknya data yang dapat dicatat dan memberikan insight.
Jati Pikukuh, CEO BroilerX yang juga menjadi narasumber dalam acara tersebut mengatakan, BroilerX membantu peternak ayam untuk membuat kandang tetap merata kesejukannya.
“Selama ini, bagian depan kandang saja yang sejuk sedangkan bagian belakang panas, dan banyak peternak tidak mengetahuinya, dikarenakan pada area tersebut tidak dilengkapi sensor yang digunakan untuk mengukur kondisi kandang dan dapat dipantau secara online dengan memanfaatkan peran dari IoT. Padahal, di Indonesia suhu dan kelembapan tinggi,” ungkap Jati.
Kualitas udara di dalam kandang penting karena beberapa alasan. Dilihat dari aspek kesehatan, kualitas udara yang baik dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan, menurunkan angka penyakit, dan meningkatkan produktivitas.
Jati mengungkapkan, alat yang ia ciptakan bersama timnya mudah digunakan oleh peternak di Indonesia. BroilerX memiliki komponen yang murah tetapi bagus. Jati dan timnya memang berniat untuk membuat IoT dengan harga terjangkau karena alat buatan luar negeri bisa mencapai 28 juta rupiah. Bahkan, negara-negara lain seperti Kanada dan Singapura pun tertarik dengan alat buatan Jati dan timnya. Peternak dapat mencoba sistem SaaS (Softeware as a Service) tersebut di alamat saas.broilerx.com untuk mempermudah dalam proses pengelolaan administrasi peternakan.
“Dengan sistem tersebut, peternak dapat memantau kondisi kandang dengan aplikasi BroilerX yang dapat diinstal di handphone. Aplikasi dapat menampilkan fitur online recording, stok, grafik performa kandang, dan sebagainya,” ujar Jati.
Narasumber lain, Yutiman selaku Engineer KMTek PT Karya Merapi Teknologi mengatakan, BroilerX menggunakan Lora (Long Range), yaitu suatu pengembangan hardware yang didalamnya terdapat modul komunikasi low power yang dapat mentransmisikan data dengan rentang sejauh 15 km, tanpa menggunakan paket data, sehingga cocok dipasang di lingkungan pedesaan yang sulit sinyal internet.
“Setting dari alat Lora ini dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan media wifi atau bluetooth dan akan terkoneksi ke software dan dapat dipantau datanya dari software tersebut secara realtime dan online,” ujar Yutiman.
Menurut Yutiman, IoT merupakan keniscayaan karena sekarang adalah era smart farming. Masyarakat sehari-hari telah terbiasa dengan IoT. Semua berbasis big data, basis internet dengan TI bisa dikemas sedemikian rupa sehingga bisa mendukung industri peternakan.
Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA., IPU., ASEAN. Eng yang memberikan sambutan dalam workshop tersebut mengatakan, dirinya mengapresiasi tim BroilerX untuk mewujudkan smart farming di kandang closed house. BroilerX merupakan upaya mengejar ketinggalan, yaitu karya anak bangsa yang akan meramaikan start up.
“Kami mendukung lahirnya BroilerX yang memudahkan petani peternak yang dapat mengikuti ternak hour by hour yang terjadi di dalam kandang (temperatur, kelembapan, kadar amoniak) dan bisa jadi hingga mampu mendeteksi penyakit. BroilerX memudahkan para user menjadi peternak yang benar-benar modern yang dapat mengontrol kandang dari jarak jauh,” ujar Ali. (Humas Fapet/Nadia)