Fakultas Peternakan UGM digandeng Universitas Trunojoyo Madura (UTM) membentuk Pusat Riset dan Pengembangan (Risbang) Sapi Madura. Pusat Risbang ini diharapkan menjadi penjaga gawang tidak hanya pada kelangsungan tumbuh kembangnya sapi madura, namun juga kualitasnya serta berbagai kajian hubungan sosial ekonomi sapi madura dengan kehidupan masyarakat Madura.
Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Kerjasama Fakultas Peternakan UGM, Ir. Bambang Suwignyo, S.Pt., M.P., Ph.D., IPM., ASEAN. Eng dalam acara launching Pusat Risbang Sapi Madura, Sabtu, 11 September 2021 di Desa Waru Barat, Kecamatan Waru, Kabupaten Pamekasan. Acara ini merupakan bagian dari serangkaian kegiatan Kedaireka yang merupakan kerja sama Fakultas Peternakan UGM dengan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura (UTM), dalam hal ini UGM sebagai tenaga ahli.
“Sebanyak 21% sapi di Jawa Timur merupakan sapi madura dan sapi ini menyumbang sekitar 25% populasi sapi nasional. Sapi madura telah ratusan tahun tinggal berdampingan dengan masyarakat di bumi Madura, hal ini menjadi bukti bahwa sapi ini secara potensi geografis cocok untuk tumbuh dan berkembang di Madura,” ujar Bambang yang didampingi oleh tenaga ahli lain dari Fapet UGM, Dr. Miftahush Shiratul Haq, S.Pt.
Menyatunya sapi madura dengan kehidupan sosial ekonomi masyarakat Madura harus menjadikan tumbuh kembangnya rasa bangga masyarakat Madura terhadap sapi madura. Dalam sambutannya pada acara tersebut, Bambang menyampaikan bahwa sapi madura tidak hanya menjadi aset Madura namun juga salah satu aset penting plasma nutfah sapi nasional. Ada banyak hal yang dapat dikerjakan di sini, mulai dari breeding, recording, manajemen pakan, feed mill, sosial ekonomi, pembentukan komunitas sapi Sonok Madura, dan sampai pada hilirisasi produk sapi madura.
Rektor UTM, Dr. Muh. Syarif, M.Si, yang didampingi oleh Dekan Fakultas Pertanian UTM, dalam sambutannya memberikan tantangan untuk memiliki sapi madura dengan manajemen yang sesuai kaidah sains dan dikompetisikan dengan sapi yang dipelihara oleh masyarakat.
“Jika bisa membuktikan keunggulan sains dalam bentuk contoh konkrit, maka hampir dipastikan masyarakat akan mudah dan cepat untuk mengikuti atau mengadopsinya,” kata Muh. Syarif.
Pernyataan tersebut dilandasi pada kondisi problem pakan di Madura pada musim kemarau dan adanya praktik yang tidak efisien dalam manajemen pakan di masyarakat, yaitu memberikan telur ayam sebagai pakan sapi karena dianggap jamu kuat sebagaimana telur untuk jamu kuat bagi manusia.
Anggota DPR RI, Ali Rihdlo yang menyengaja hadir dalam tugas hanya untuk acara ini menyampaikan bahwa hal seputar sapi Madura ini adalah kearifan lokal yang harus dijaga. Oleh karena itu, dalam posisinya sebagai wakil rakyat akan memperjuangkan dan mendukung apa yang di lakukan oleh UTM-UGM ini dalam pengembangan sapi Madura terkait aspek teknis dan sosial ekonominya.
Acara launching tersebut juga dihadiri oleh tokoh masyarakat dan petani di sekitar lokasi. Pada momen tersebut juga dilakukan atraksi kontes kecantikan sapi yang disebut sapi Tacek yang mirip dengan sapi Sonok. Kontes seperti ini hanya untuk sapi madura dan hanya ada di Madura. Acara ini menjadi bukti bahwa keberadaan sapi madura telah menyatu dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat Madura.
Beberapa acara kontes atau lomba sapi di Madura, diantaranya sapi Kerap, Sapi Tacek, dan Sapi Sonok juga telah menjadi bagian dari kehidupan sosial masyarakat Madura. Bahkan, lomba-lomba tersebut tidak sekadar lomba terkait dengan seleksi kualitas sapi unggul, namun juga mengandung kebanggaan secara status sosial bagi para pemilik terlebih pemenang kontes sapi madura tersebut. Sapi yang menang tidak hanya berdampak pada harga sapi melambung sampai ratusan juga rupiah, namun juga kebanggaan bagi pemiliknya. (Humas Fapet/Nadia)