Fakultas Peternakan (Fapet) UGM menerima 59 mahasiswa baru Program Studi Program Profesi Insinyur Peternakan pada semester gasal tahun ajaran 2020/2021. Acara penyambutan mahasiswa baru dilaksanakan pada Selasa (22/9) secara daring.
“Program insinyur merupakan program wajib dari UU. Melalui program ini, kita berusaha untuk turut serta membangun SDM unggul, yang menjadi salah satu prioritas pemerintah Indonesia periode ini. Salah satu yang menjadi indikator SDM unggul yaitu sikap profesional dan memiliki kompetensi,” ujar Ketua Badan Kejuruan Teknik Peternakan sekaligus Dekan Fapet UGM, Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA., IPU., ASEAN. Eng ketika memberikan sambutan dalam acara penyambutan mahasiswa baru.
Dekan menambahkan, profesi insinyur peternakan merupakan bagian dari salah satu peta SDM yang perlu dikembangkan. Hal ini karena tanggung jawab yang diemban tidak ringan, yaitu turut serta membantu menyediakan protein hewani yang merupakan substansi vital bagi SDM.
“Jalur yang dapat ditempuh di Program Studi Program Profesi Insinyur Peternakan yaitu reguler dan RPL. Dalam rangka membekali peserta didik termasuk peserta insinyur, sarana dan prasarana di Fapet UGM selalu ditingkatkan. Kerja sama dengan industri dimaksudkan untuk menutup kesenjangan antara industri dan pendidikan tinggi. Dalam rangka menghadapi tantangan dan persoalan, dunia industri dan pendidikan tinggi perlu bergandengan tangan erat untuk menyiapkan SDM yang berkualitas. Program insinyur menjadi jembatan yang mendekatkan dunia akademik dan industri. Jembatan ini perlu dibangun bersama semoga dapat berpartisipasi dalam pembangunan nasional,” kata Dekan.
Dekan berharap para mahasiswa dapat menempuh studi dengan lancar mendapat gelar insinyur peternakan dan insinyur profesional dari Persatuan Insinyur Indonesia (PII). Insinyur peternakan telah menjadi bagian keluarga besar PII, di dalamnya terdapat Badan Kejuruan Teknik Peternakan yang diketuai oleh Dekan Fapet UGM.
“Kita bersyukur menjadi keluarga besar di PII dengan berbagai disiplin ilmu yang ada baik hayati dan non hayati. PII juga menjalin kerja sama di tingkat Asia Pasifik sehingga memungkinkan alumni anggota PII berkiprah dan bekerja sama di negara-negara Asia Pasifik. Kerja sama tersebut memunculkan rekognisi sehingga insinyur profesional diakui di Asia Pasifik,” jelas Dekan.
Dalam kesempatan tersebut, Dekan berterima kasih kepada peserta program insinyur dari Timor Leste, termasuk Menteri Pertanian dan Perikanan Timor-Leste, Pedro dos Reis, L.Agp. Sebanyak 19 orang dari Timor Leste diterima menjadi mahasiswa baru program insinyur.
“Tantangan ke depan tidak semakin ringan. Saya berharap selama peserta menempuh pendidikan RPL dan reguler juga mendapatkan hal penting terutama etika profesi karena ciri profesional adalah menjaga etika, integritas, serta profesional dalam menjalankan kerja. Misi itulah yang perlu kita jaga sehingga menjadi insinyur profesional menjunjung tinggi etika profesi,” ujar Ali.
Ketua Program Studi Program Profesi Insinyur Peternakan, Prof. Dr. Ir. Zuprizal, DEA., IPU., ASEAN. Eng mengatakan, dari 59 mahasiswa yang diterima, 54 orang menempuh program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) dan 5 orang menempuh program reguler.
“Program reguler ditujukan untuk para lulusan sarjana peternakan dengan minimal 2 tahun pengalaman dalam praktik keinsinyuran. Sementara itu, program RPL untuk para lulusan peternakan yang telah memiliki pengalaman dalam bidang praktik keinsinyuran minimal 5 tahun,” ujar Zuprizal. (Humas Fapet/Nadia)