Insinyur Peternakan Unggul dan Adaptif Diperlukan Di Masa Mendatang
Dalam rangka menghadapi perubahan di era industri 4.0., dibutuhkan insinyur peternakan yang unggul dan adaptif. Terlebih di masa pandemi Covid-19, perubahan yang terjadi sangat cepat sehingga insinyur peternakan dituntut untuk mampu membuat terobosan.
Hal tersebut mengemuka dalam webinar bertajuk “Menyongsong Peran Masa Depan Insinyur Peternakan” yang diselenggarakan Rabu, 17 Juni 2020 oleh Fakultas Peternakan (Fapet) UGM.
“Ada lima tren global di masa pandemi ini. Pertama, kehidupan sosial mengarah ke dunia online. Kedua, cara kita bekerja mengalami perubahan, yaitu secara online. Ketiga, proses digitalisasi industri berjalan secara lebih masif melibatkan semua mata rantai industry,” ujar Heru Dewanto, Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia.
Keempat, lanjut Heru, perubahan supply chain dari global ke regional. Sebelumnya, supply chain berfokus pada cost efficiency, sekarang menjadi resilience (kemampuan menghadapi guncangan). Kelima, adanya new globalization karena supply chain ke depan akan merupakan interkoneksi atau multiple interconnected dari regional/local supply chain.
“Untuk menyongsong dunia baru ini, perlu dipersiapkan tenaga kerja. UU 11 tahun 2014 tentang keinsinyuran adalah tonggak dimulainya transformasi penyelenggaranaan insinyur di Indonesia. UU ini dimaknai sebagai panggilan negara untuk menjadikan PII sebagai rumah bersama tempat membangun dan melahirkan insinyur unggul yang siap memajukan bangsa dan siap bersaing di panggung dunia,” papar Heru.
Untuk menjawab panggilan negara, proses untuk menghasilkan insinyur unggul tidak dapat dilakukan secara sepotong-sepotong karena output sangat ditentukan input dan proses. Oleh karena itu, harus diketahui secara menyeluruh value chain insinyur yang dimulai dari hulu ke hilir. Hulu adalah ketika mahasiswa masih menuntut ilmu, saat ini PII sudah harus mulai ikut berkontribusi, yaitu dengan akreditasi melalui lembaga akreditasi mandiri atau BAN PT.
“Value chain selanjutnya adalah program studi insinyur, yaitu program yang membawa kembali semua sarjana-sarjana keinsinyuran untuk bersatu kembali dengan gelar program profesi insinyur. Value chain terakhir adalah sistem sertifikasi profesi insinyur yang outputnya adalah insinyur yang sudah disetarakan dengan insinyur di Asia Pasifik,” jelas Heru.
Yudi Guntara Noor, pemilik PT Agro Investama yang juga menjadi pembicara dalam acara tersebut mengatakan bahwa perubahan yang sangat dramatis dan cepat pada masa pandemi Covid-19 membutuhkan SDM yang luar biasa dan adaptif terhadap perubahan.
“Dalam jangka panjang, terdapat sebuah tantangan yaitu penyediaan protein hewani yang terjangkau dan cukup. Untuk itu, diperlukan sebuah penelitian dan pengembagan agar ternak berproduksi lebih besar lagi,” kata Yudi.
Di dunia bisnis, konsumen saat ini menuntut hal yang lebih, misalnya aspek higienitas, standardisasi, kehalalan, dan sebagainya. Perubahan ini terjadi sangat cepat, yaitu sejak terjadinya pandemi. Pada masa ini insinyur harus mampu mengubah ke arah pasar yang memenuhi komplimen standardisasi, yaitu berubah berbasis cold chain.
“Hanya cara tersebut yang dapat survive. Konsumen mulai meninggalkan pasar becek yang kurang memperhatikan aspek-aspek higienitas yang dirasa akan berdampak pada kesehatan. Perubahan ini mencapai 50% dalam waktu dekat dan akan terus bertambah jika pandemi Covid-19 tidak terselesaikan,” ujar Yudi.
Yudi mencontohkan, ibadah kurban yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat beralih ke sistem live streaming, daging dikemas, dan diantar ojek online. Terobosan ini berlangsung cepat dan diperlukan manusia yang adaptif. Inilah fungsi insinyur peternakan ke depan.
Pembicara lain, yaitu Prof. Dr. Muladno, MSA., S.Pt., IPU, dosen Fakultas Peternakan IPB mendefinisikan insinyur sebagai seseorang yang kompeten
secara terukur dan objektif dalam menjalankan semua kegiatan
teknik di bidang peternakan
Muladno menjelaskan, berdasarkan UU Nomor 18 Tahun 2009, insinyur peternakan harus menguasai benih, bibit, bakalan, budidaya, pakan, panen, pascapanen, pemasaran, dan industri pengolahan hasil peternakan.
“Orang yang menjalankan bidang-bidang tersebut harus seseorang yang profesional, yaitu sarjana peternakan. Dengan demikian, ada penjiwaan dalam menjalankan tugasnya sehingga dapat membuat kebijakan dan keputusan yang tepat,” kata Muladno.
Muladno menambahkan, untuk dapat mencukupi kebutuhan barang dan jasa asal hewan secara mandiri, berdaya saing, dan berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan peternak dan masyarakat, seorang insinyur harus menguasi kegiatan teknik insinyur peternakan. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah teknik pembenihan, pembibitan, dan pemroduksian ternak, teknik perpakanan, teknik pembudidayaan ternak, teknik peralatan dan mesin peternakan, teknik pemanenan dan pengolahan pascapanen.
Dekan Fapet UGM, Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA., IPU., ASEAN. Eng berharap peran insinyur peternakan di masa yang akan datang semakin dibutuhkan dalam rangka kecukupan protein hewani asal ternak. Dengan adanya program profesi insinyur peternakan, akan mendukung peningkatan kualitas SDM khususnya bidang industri peternakan.(Humas Fapet/Nadia)