Ada banyak cara untuk mengisi waktu di rumah di saat pandemi virus Covid-19 berlangsung, khususnya bagi warga perkotaan. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah beternak dan bertani dengan menerapkan integrated urban farming system.
“Integrated urban farming system adalah pengintegrasian pertanian dan peternakan di lahan sempit khususnya di daerah perkotaan yang hasilnya dapat dioptimalkan sebagai produksi bahan pangan rumah tangga,” ujar Dekan Fakultas Peternakan (Fapet) UGM, Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA., IPU., ASEAN. Eng, pada Rabu (15/4).
Di masa mendatang, dengan bertambahnya jumlah penduduk dan berkurangnya produk hasil pangan, integrated urban farming system dapat menjadi solusi pemenuhan kebutuhan pangan rumah tangga. Hasil tani dan ternak juga dapat dijual sehingga dapat menjadi tambahan sumber pendapatan rumah tangga.
“Tanaman yang ditanam dapat berupa sayuran dan ternak yang dipelihara dapat berupa ternak kecil (puyuh, kelinci, dan ikan). Agar menghemat lahan, tanaman dapat ditanam secara vertikal dengan menggunakan limbah wadah plastik. Air di kolam ikan dapat dimanfaatkan untuk menyiram tanaman dengan luas kolam ikan cukup 2×2 meter,” ujar Ali.
Integrated urban farming system dapat disebut sebagai teknik pertanian yang berwawasan lingkungan, ekonomis, dan berkesinambungan. Dalam integrated urban farming system, semua limbah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan. Limbah pertanian dapat digunakan untuk pakan ternak dan kotoran ternak dapat diolah menjadi pupuk kompos. Dengan demikian, biaya produksi dapat terjangkau karena petani dapat memanfaatkan produk sampingan tanaman dan ternak. Selain itu, pangan yang dihasilkan lebih berkualitas karena terhindar dari pupuk kimia. (Humas Fapet/Nadia)
Sumber Gambar: https://ecobioorganic.wordpress.com/2015/02/10/urban-farming-with-ebo-home-garden/
Sangat bermanfaat untuk di jadikan. Referensi dalam pengembangan usaha pertanian dengan lahan terbatas