Dewasa ini, lebah madu sebagai penjaga kelestarian alam telah menurun produktivitasnya. Isu-isu lingkungan seperti penggunaan pestisida, kebakaran hutan, dan penggunaan pupuk kimia menjadi tantangan serius bagi perlebahan.
“30-40% produksi pertanian akan terganggu jika lebah hilang. Karena penggunaan pestisida, lebah kehilangan kemampuannya untuk terbang hingga sejauh 2 km. Oleh karena itu, kita harus menjadi bagian yang memakmurkan bumi melalui pengembangan keilmuan budidaya lebah,” ujar Dekan Fakultas Peternakan (Fapet) UGM, Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA., IPU ketika memberikan sambutan dalam Seminar Nasional Peternakan Lebah Tropik, Rabu (25/9) di Fapet UGM.
Dijelaskan oleh Ali, Indonesia merupakan negara mega biodiversity tempat tumbuhnya aneka tanaman yang merupakan sumber luar biasa bagi lebah, baik liar maupun budidaya. Oleh karena itu, potensi produksi lebah madu pasti lebih tinggi.
“Di Apimondia, asosiasi peternak lebah internasional, bahkan telah memiliki teknologi inseminasi buatan untuk lebah madu. Oleh karenanya, kami bersemangat mengajak fakultas peternakan di seluruh Indonesia mengembangkan keilmuan budidaya lebah yang dikombinasikan dengan integrated farming. Fapet UGM telah menjadikan ternak lebah sebagai mata kuliah pilihan dan direncanakan menjadi mata kuliah elektif di UGM,” ujar Ali.
Ali menambahkan, semua produk yang dihasilkan lebah dapat terpakai, mulai dari madu, royal jelly, propolis, venom, bee pollen, dan wax. Oleh karenanya, manusia harus menjadi bagian yang memakmurkan bumi, yaitu dengan menghindari pemakaian pestisida atau menanam tanaman yang menghasilkan bunga sehingga lebah tumbuh lagi dan pada akhirnya mengembalikan kelestarian alam.
Seminar Peternakan Lebah
Seminar Peternakan Lebah Tropik diselenggarakan oleh Fapet UGM dengan tema “Mengoptimalkan Peran Lebah Tropik dan Produknya untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Kesehatan Manusia”.
“Kami menghadirkan 5 narasumber yang menyampaikan materi tentang strategi peningkatan daya saing peneliti dalam melakukan penelitian serta peran dan kontribusi penelitian terkini terkait peternakan lebah,” ujar Satyaguna Rakhmatullah, S.Pt., M.Sc. selaku ketua panitia seminar.
Satyaguna berharap seminar ini mampu mewujudkan atmosfer riset yang baik dan budaya riset yang kokoh, inovatif, berkelanjutan, dan berkualitas sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi perlebahan. (Humas Fapet/Nadia)