Industri peternakan akan menjadi salah satu pilar penting di masa mendatang dalam hal perekonomian. Hal ini karena kebutuhan protein hewani berupa daging, telur, dan susu akan sangat dibutuhkan terutama bagi masyarakat yang makin meningkat pendapatan dan pendidikannya. Kebutuhan pangan yang meningkat harus diiringi dengan penyiapan dan peningkatan kualitas SDM salah satunya melalui pendidikan tinggi peternakan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Dekan Fakultas Peternakan (Fapet) UGM pada saat menyambut mahasiswa baru Fapet UGM angkatan 2020 secara daring pada Jumat (11/9). Tahun ini, Fapet UGM menerima 300 mahasiswa baru. Tanggung jawab untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dalam bidang peternakan menjadikan Fakultas Peternakan UGM menjadi kampus inklusif, dimana Fakultas Peternakan UGM juga menerima mahasiswa yang berkebutuhan khusus.
“Diantara mahasiswa tersebut ada yang sudah lulus menjadi sarjana. Ini adalah bagian dari misi mulia pendidik bangsa,” ujar Ali.
Dekan menambahkan, mahasiswa baru adalah calon-calon SDM unggul yang dihasilkan oleh Fapet UGM yang akan menjadi bagian kecil elite pemuda di Indonesia. Generasi tersebut akan memasuki dunia industri 4.0 yang tidak hanya mengandalkan skill dan softskill. Selain Bahasa Inggris, ada kompetensi lain yang harus diasah dan diolah, yaitu kemampuan memanfaatkan information, communication dan technology (ICT). Hal ini yang akan menentukan apakah seseorang mampu bersaing di kancah persaingan global yang semakin kompetitif.
“Fapet UGM menghasilkan lulusan yang sangat dibutuhkan di dunia industri karena tidak hanya memberikan pengetahuan praktis peternakan tetapi juga softskill, yaitu leadership, kewirausahaan, dan etika,” kata Ali.
Menurut Ali, untuk meraih kesuksesan tidak hanya perlu mengasah pikiran tetapi juga hati nurani, karakter, dan integritas. Selain itu, penting untuk menjaga badan agar tetap sehat sehingga dalam diri tiap mahasiswa terdapat otak yang cerdas, hati yang baik, tangan yang terampil, dan badan yang sehat.
Fapet UGM memiliki dosen-dosen yang dapat diandalkan dan dibanggakan. Dari 73 dosen, 90% bergelar doktor dan 30% bergelar guru besar. Selain itu, Fapet UGM dilengkapi dengan berbagai fasilitas, misalnya Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang membawahi unit-unit berupa ternak perah, kebun rumput, sapi potong, kuda, closed house, pengolahan susu, fabrikasi pakan ternak, dan RPH berskala kecil.
“Di luar Fapet, terdapat sarana dan prasarana di Berbah yang dapat digunakan untuk pendidikan dan penelitian, yaitu kandang closed house berkapasitas 60.000 ternak broiler, sapi perah 40 ekor, sapi potong 30 ekor, kebun rumput, dan RPA bekerja sama dengan industri dengan kapasitas pemotongan mencapai 30.000 ekor per hari,” jelas Ali.
Ketua Keluarga Alumni Fakultas Peternakan UGM (Kapgama), Ir. Achmad Dawami, yang juga memberikan materi kepada mahasiswa baru mengatakan, ilmu peternakan akan makin dibutuhkan seiring dengan makin tuanya dunia.
“Dalam UU nomor 18 tahun 2012 tentang pangan disebutkan bahwa negara berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, pemenuhan konsumsi pangan yang cukup bagi masyarakat. Pangan yang dimaksud dalam hal ini adalah pangan yang aman, bermutu, dan bergizi,” ujar Dawami.
Ini berarti bahwa peran peternakan di Indonesia sangat luar biasa. Peran tersebut didukung oleh prestasi atau kekuatan SDM yang akan membawa negara maju.
Dawami mengatakan, sampai dengan 2018, dunia peternakan telah menyedot 13-14 juta tenaga kerja rumah tangga/rumah tangga peternakan di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa bidang peternakan dapat memberikan lapangan kerja bagi masyarakat terutama perdesaan.
“Pandemi Covid-19 telah menyebabkan perubahan yang luar biasa yang seharusnya telah dapat diantisipasi. Di dunia bisnis, permintaan turun drastis, bahkan pemasukan pemerintah juga turun. Hal ini terjadi karena konsumsi rumah tangga yang merupakan konsumsi terbesar turun hingga lebih dari 50%,” ujar Dawami.
Tugas lulusan Fapet UGM sangat mulia karena pada 17—20 tahun mendatang jumlah penduduk akan mencapai 9 miliar yang akan berebut air, pangan, dan energi. Oleh karena itu, diharapkan mahasiswa mencari ilmu sebaik mungkin agar dapat menciptakan efisiensi dalam hal pangan.
Dawami berharap mahasiswa dapat mengikuti perubahan-perubahan ini dengan baik apalagi bidang peternakan adalah penyedia pangan di Indonesia yang diharapkan tidak semata-mata tergantung impor. Di masa yang akan datang, semua hal di bidang peternakan akan berbeda karena adanya automasi.
“Meskipun begitu, di dalam kesulitan selama pandemi pasti ada peluang. Untuk itu, Dawami berharap para mahasiswa pandai melihat peluang yang ada. Dengan menggunakan teknologi, sistem, produksi, dan pemasaran yang berbeda, diharapkan para mahasiswa memegang peranan dalam ketersediaan pangan di Indonesia,” pungkasnya. (Humas Fapet/Nadia)