Dua mahasiswa Fakultas Peternakan (Fapet) UGM, M. Alvian Azwar Anas (2015) dan Kezia Nathania Amos Oelendeda (2017), berkesempatan mempelajari sistem peternakan ekstensif Australia dalam program NTCA Indonesia Australia Pastoral Program (NIAPP) 2019 pada 25 Agustus—31 Oktober 2019.
“Saya ditempatkan di Pigeon Hole Station dibawah Heytesbury Cattle Company dengan jumlah sapi 22,000 ekor dan luas lahan 181,000 ha, sedangkan Kezia ditempatkan di Brunchilly Station dibawah Sidney Kidman Cattle Company dengan jumlah sapi 24.000 dan luas lahan 4572 km2. Di sana diterapkan sistem peternakan ekstensif, yaitu pemeliharaan sapi yang menggunakan lahan pastura (natural grazing) dalam pemberian pakan, jadi memanfaatkan native grass yang ada serta sapi tidak dipelihara dalam kandang, ” ujar Alvian dalam rilisnya Kamis (28/11).
Alvian menuturkan, di station-station di Australia, jumlah pegawai yang sedikit dapat mengurus ribuan ternak karena kemajuan teknologi dan kualitas SDM yang baik.
“Kami menggiring sapi menuju paddock lain sejauh 20 km dengan menggunakan kuda. Untuk mengecek kondisi paddock, kami menggunakan helicopter. Peternakan di sana banyak menggunakan mesin dan kendaraan, misalnya traktor, truck road train, crater, quadbike, dan banyak mesin lain yang mendukung pekerjaan,” jelas Alvian.
Ketika menjalani program tersebut, Alvian dan Kezia harus bertahan di suhu udara yang sangat panas, bahkan pernah mencapai 430 C. Namun, kendala tersebut tidak berarti apa-apa dibanding dengan manfaat yang mereka peroleh.
Keduanya mengaku memperoleh banyak pelajaran dan keterampilan baru selama berada di cattle station. Kezia menuturkan, program tersebut tidak semata-mata menambah pengetahuan di bidang peternakan tetapi juga meningkatkan softskill.
“Dalam program ini kami dilatih ketangkasan, kesabaran, kemampuan komunikasi, dan pengendalian diri yang sangat berguna untuk bekal di dunia kerja. Selain itu, kami juga berinteraksi dengan warga sekitar,” ujar Kezia.
Alvian menyebutkan bahwa ada banyak keuntungan yang diperoleh selama dan sesudah dia mengikuti program ini.
“Saya merasakan banyak sekali manfaat, relasi, dan pengalaman baru yang akan berguna ke depan. Kondisi alam, ternak, dan kultur Australia yang berbeda dengan Indonesia membuat saya harus mampu mempelajari hal baru dengan cepat dan mampu berkomunikasi dengan baik dengan Ringer (istilah Australia untuk Koboi) yang lain,” kata Alvian.
Dirinya berharap ada lebih banyak mahasiswa Fakultas Peternakan UGM yang tertarik dan bersedia mengikuti program ini karena ada banyak manfaat yang dapat diperoleh.
Program NIAPP dilaksanakan setahun sekali sejak tahun 2012. Dalam program tersebut, Alvian dan Kezia bersama 18 mahasiswa lain dari berbagai universitas di seluruh Indonesia mengikuti rangkaian kegiatan seperti pre-departure training di PT. Widodo Makmur Perkasa Cianjur, pelatihan di Alice Spring, dan penempatan di cattle station. (Humas Fapet/Nadia)