• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • Pusat TI
  • Perpustakaan
  • UPT Terpadu
  • Penelitian
  • Informasi Publik
  • Surel
  • CDEC
  • Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Fakultas Peternakan
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Tentang Kami
    • Selayang Pandang
    • Sejarah
    • Visi dan Misi
    • Nilai-Nilai Etis
    • Pimpinan Fakultas
    • Dosen Fakultas
    • Tenaga Kependidikan
    • Program dan Pusat Kajian
  • Akademik
    • Pendaftaran
    • Departemen
      • Nutrisi Makanan Ternak
      • Sosial Ekonomi Peternakan
      • Teknologi Hasil Ternak
      • Pemuliaan dan Reproduksi Ternak
      • Produksi Ternak
    • Akreditasi
    • Program Musim Panas
    • Unit Pendukung
    • Kalender Akademik
    • Kemahasiswaan
      • Organisasi Kemahasiswaan
      • Asrama Mahasiswa
      • Paparan Internasional
      • Beasiswa
  • Program Studi
    • Sarjana
      • Program Studi S1
      • S1 Internasional
    • Pasca Sarjana
    • Profesi Insinyur
  • Riset
    • Jurnal Yang Diterbitkan
    • Publikasi
      • AAAP
      • IJGS
      • SIMNASTER
    • Buku dan Bab
    • Presentasi
    • Luaran Video
  • Jaringan
    • Internasional
      • Universitas
      • Pemerintah
      • Konsorsium
    • Nasional
  • Alumni
    • Layanan Alumni
    • KAPGAMA
    • CDEC
  • Beranda
  • Berita Fakultas
  • Peningkatan Produksi Ayam Kampung Melalui Persilangan

Peningkatan Produksi Ayam Kampung Melalui Persilangan

  • Berita Fakultas
  • 14 Oktober 2021, 11.04
  • Oleh: nadia_fapet
  • 0

Tingginya permintaan dan rendahnya penawaran merupakan permasalahan yang terjadi pada bisnis ayam kampung. Untuk itu, perlu dilakukan peningkatan produksi ayam kampung agar dapat memenuhi permintaan pasar tersebut.

Hal tersebut diungkapkan oleh dosen Fakultas Peternakan UGM, Dr. Ir. Sri Sudaryati, MS dalam Seminar Purna Tugas pada Rabu (13/10) di Fakultas Peternakan UGM. Menurutnya, ada beberapa perkiraan yang dapat dijadikan patokan dalam meningkatkan produksi ayam kampung.

“Performans tubuh merupakan faktor pertama yang dapat digunakan untuk memperkirakan produksi ayam kampung. Pendugaan performans poduksi bobot badan dapat dilakukan melalui warna bulu, panjang shank, lebar dada, panjang badan, dan bentuk jengger. Pentingnya catatan hasil perkawinan ayam untuk mendapatkan calon tetua yang benar-benar unggul juga harus diperhatikan,” ujar Sudaryati.

Menurut penelitian Sudaryati, ayam dengan warna bulu putih kurang bagus daripada hitam. Ayam berbulu hitam berbobot lebih berat dan penampilannya lebih tinggi. Ayam berbulu putih memiliki bentuk badan yang lebih kecil.

“Biomolekuler juga dapat digunakan untuk menentukan genetik ayam. Kombinasi penampilan tubuh dan hasil penentuan genotip dari biomolekuler dapat digunakan untuk pendugaan hasil produksi bobot badan yang lebih akurat dan lebih cepat,” tambah Sudaryati.

Sudaryati mengatakan, persilangan antara ayam jantan kampung dan betina ras petelur dapat menjadi solusi untuk meningkatkan produksi ayam kampung. Persilangan ini menghasilkan ayam super/joper/kamper/ayam kampus.

Dalam usaha mendapatkan ayam super tersebut harus diingat adanya male line dan female line. Garis keturunan jantan harus memiliki daya hidup yang tinggi, telur besar, dan berat badan bagus karena akan menurunkan sifat-sifat ini pada anaknya.

“Sementara itu, garis keturunan betina harus memproduksi telur dengan baik, cangkang telur yang bagus, dan kualitas telur yang bagus. Garis keturunan jantan dan betina dengan sifat-sifat tersebut akan menghasilkan ayam dengan daya hidup yang tinggi, badan besar, telur besar, produksi telur bagus, dan cangkang telur yang bagus. Ayam ini akan menjadi final stock sehingga tidak boleh dikembangkan,” jelas Sudaryati.

Peningkatan kualitas pejantan ayam kampung harus dilakukan secara berkesinambungan oleh peternak. Sementara peningkatan kualitas betina petelur sudah pasti dilakukan oleh pembibit ayam petelur.

“Harus diingat bahwa dewasa kelamin ayam jantan lebih lambat dari betina, tetapi kemampuan reproduksi ayam jantan lebih cepat turun drastis. Untuk itu, pejantan sebaiknya digunakan hanya sampai umur 44-50 minggu. Hasil telur betina untuk ditetaskan bisa digunakan sampai umur 64-68 minggu. Produksi telur selanjutnya sudah kurang layak untuk ditetaskan tetapi masih layak sebagai telur konsumsi,” ujar Sudaryati. (Humas Fapet/Nadia)

Latest Post

  • Pakar Peternakan UGM: Jamin Kesejahteraan Hewan Kurban!
  • Mahasiswa Fapet UGM Raih Juara 2 Nasional Lewat Inovasi Pakan Ayam Ramah Lingkungan
  • Jagal Halal UGM Adakan Pelatihan Butchering Ruminansia Kecil
  • Fapet Sehat: Semangat Hidup Sehat dan Guyub Melalui Ragam Aktivitas Fisik dan Pemeriksaan Kesehatan
  • Guru Besar Fapet UGM Usulkan Biosekuriti Kolektif Produsen Pangan Asal Hewan

UGM News

  • UGM Student Wins DAAD Scholarship for Research and Social Contributions in Germany
  • UGM Empowers Women Entrepreneurs Through MSME Innovation Training
  • UGM and Agrinas Pangan Nusantara Collaborate to Supply Gamagora Rice Seeds
  • UGM Student Health Unit Educates Children on Dental Health from an Early Age
  • Hindu Community Holds Piodalan Ceremony at UGM Spirituality Center on Purnama Jyestha
Universitas Gadjah Mada

Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada

Jl. Fauna No. 3 Bulaksumur, Yogyakarta 55281

Telp: (0274) 513363 | Fax: (0274) 521578 |

Email: fapet@ugm.ac.id

Mengunjungi Fapet

  • Peta Kampus
  • Agenda

Pendaftaran

  • Sarjana
  • Pasca Sarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

UNDUH

Sertifikat BAN PT S1- 2009 2014

Sertifikat BAN PT S1 – 14 Sep 2014-14 Sep 2019

Formulir Akademik dan Kemahasiswaan

Dokumen MBKM

Sertifikat BAN PT

Sertifikat BAN PT Unggul

Sertifikat ASIIN

Buku Panduan Akademik Kurikulum 2021 Edisi Tahun 2024

Buku Panduan PKL 2023

Buku Panduan Proposal

Buku Panduan Skripsi

Pernyataan Keaslian Tugas Akhir

Unduh selengkapnya…

INFORMASI PUBLIK

Permohonan Informasi Publik

Informasi Tersedia Setiap Saat

Informasi Tersedia Secara Berkala

© 2018 Fakultas Peternakan UGM

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

Contact Us