Tim mahasiswa Fakultas Peternakan UGM menciptakan Gama Sapudi Methan Chamber, yaitu alat untuk menghitung gas rumah kaca (greenhouses gases) yang diproduksi oleh sektor peternakan terutama ternak ruminansia. Indonesia merupakan salah satu negara yang menghasilkan greenhouses gases dalam jumlah besar. Peternakan ruminansia seperti sapi, kerbau, domba, dan kambing menghasilkan metan dari proses fermentasi dalam rumen sebagai hasil konversi rumput menjadi sumber energi.
“Gama Sapudi Methan Chamber mampu menghitung gas metan yang diproduksi oleh kambing dan dapat dipantau secara real time melalui telepon selular atau komputer. Alat tersebut berbasis internet of things (IoT) dan hasil penghitungan greenhouses gases akan terhubung dengan Dashboards Website yang telah didesain sehingga dapat diakses dan dipantau dengan mudah melalui handphone atau komputer. Inovasi ini berperan penting dalam penelitian yang berkaitan dengan global warming,” ujar Gardika Windar Prahara, ketua tim pada Jumat (17/9) di kampus Fakultas Peternakan.
Inovasi alat penghitung greenhouses gases untuk ternak ruminansia masih belum banyak dikembangkan di Indonesia. Selain itu, harga alat methane chamber untuk penelitian pada ternak sangat mahal dan harus didatangkan dari luar negeri.
Melihat hal tersebut, ia bersama dengan rekan timnya yaitu Auliya Muthiea Dien (Fakultas Peternakan), Firlya Lananinggar (Fakultas Peternakan), Andie Gagas Alfrianto (Sekolah Vokasi), dan Remarezi Rafsanjani (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) berinovasi dengan menciptakan alat pendeteksi greenhouses gases yang dapat membantu pengembangan penelitian dalam mitigasi produksi greenhouses gases dan evaluasi manajemen peternakan serta efisien pakan. Kegiatan ini masuk ke dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Cipta Karsa yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
“Gama Sapudi Methan Chamber dapat mengukur beberapa kadar greenhouses gases seperti, karbondioksida (CO2), metan (CH4), hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3), dinitrogen oksida (N2O), serta suhu dan kelembaban secara real time yang didukung teknologi Internet of Things (IoT),” ujar Gardika.
Alat tersebut memanfaatkan gas keluaran hewan ternak dan menggunakan microcontroller Arduino Nano yang dihubungkan dengan berbagai sensor untuk mendapatkan input data yang lengkap. Semua data yang didapatkan akan dikomputasi dan ditampilkan pada LCD display yang berada pada bagian luar alat untuk monitoring di tempat ataupun sebagai penampil ketika terjadi error yang tidak dapat ditampilkan secara daring dengan internet.
“Selain itu, dengan memanfaatkan media daring menggunakan modul wifi ESP 8266 yang dikirim ke Dashboards Website user dan terhubung dengan internet sehingga alat dapat dipantau dan diatur dimanapun, kapanpun, dan bagaimanapun,” jelas Gardika.
Inovasi ini diharapkan dapat dikembangkan dalam skala besar sehingga dapat membantu pengembangan penelitian mitigasi greenhouses gases yang mendukung peternakan dengan konsep Green Livestock Farming.
Pembimbing tim tersebut yang juga dosen Fakultas Peternakan, Dr. Muhsin Al Anas, S.Pt, mengatakan bahwa Gama Sapudi Methan Chamber dapat menjadi terobosan inovasi untuk meningkatkan kualitas penelitian dalam upaya mitigasi greenhouses gases sehingga dapat mengembangkan peternakan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan (Environmental Sustainability of Livestock Production). (Humas Fapet/Nadia)