Berkat gagasan sistem berbasis teknologi informasi-spasial untuk mendukung pengolahan limbah, mahasiswa Fakultas Peternakan (Fapet) UGM, Muhammad Alfin Huda, berhasil meraih juara ke-2 dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Future Plan Competition Indonesian Student Summit 2018 di Universitas Brawijaya pada 5—6 Oktober 2018. Dalam kompetisi tersebut, Huda berkolaborasi dengan Septi Mooi Cahyani, mahasiswi Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik UGM dan Anisah Bella Istiqomah, mahasiswi Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Karya ilmiah yang mereka susun berjudul “SPLITTER (Sistem Pengelolaan Limbah Tani-Ternak) Desa Taman Agung sebagai Upaya Revitalisasi Ekonomi Kota Terpadu Mandir (KTM) Belitang”.
Berita Fakultas
Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., menegaskan tidak ada proses drop out (DO) kepada mahasiswa terkait rencana penyelenggaraan seminar Kebangsaan Kepemimpinan Era Milenial yang rencananya diadakan pada Jumat (12/10) lalu.
“Baik pengurus fakultas maupun pengurus universitas sama sekali tidak pernah mengancam DO, dan tidak pernah ada pernyataan bahwa mahasiswa yang menjadi panitia itu diancam untuk DO,” terang Panut kepada wartawan, Senin (15/10).
Panut juga mengatakan pembatalan izin penggunaan ruang untuk seminar tersebut bukan karena adanya tekanan dari pihak-pihak tertentu, namun karena adanya ketidaksesuaian prosedur. Oleh karena itu, ia meminta agar persoalan ini tidak kemudian dikaitkan dengan kontestasi politik.
Fakultas Peternakan (Fapet) UGM dan Masyarakat Ekonomi Syariah DIY bekerja sama dalam bidang sosialisasi dan edukasi halal. Nota kesepahaman bersama ditandatangani pada Kamis (11/10) di Jogja Expo Center.
“Dalam dunia peternakan, pangan yang halal dan tayib merupakan hal yang penting. Pangan yang halal dan tayib tidak semata-mata meraup keberkahan secara spiritual, tetapi juga selaras dengan semangat dalam food security and safety. Pada akhirnya, hal ini berujung pada hidup sehat dan berkah,” ujar Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Kerja Sama Fakultas Peternakan (Fapet) UGM, Bambang Suwignyo, S.Pt., M.P., Ph.D ketika ditemui di Fapet UGM usai acara penandatanganan nota kesepahaman.
Bertambahnya penduduk Indonesia dan meningkatnya arus urbanisasi menjadi 6,6% pada 2035 berpotensi mengurangi jumlah produsen pangan di perdesaan. Hal ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi berkembangnya industri peternakan di Indonesia mengingat kebutuhan pangan di dunia akan meningkat sebesar 60% karena pertambahan penduduk.
“Jumlah populasi sapi dan kerbau selama kurun waktu 2010—2014 terus mengalami kenaikan. Meskipun demikian, masih ada tantangan-tantangan dalam pengembangan sapi dan kerbau,” ujar Ismatullah Salim, S.Pt., selaku Kasubbag Akuntansi, Verifikasi dan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan (TLHP), Bagian Keuangan Setditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI pada saat memberikan pembekalan in-class training kepada peserta Work-Based Academy, Jumat (5/10) di Fakultas Peternakan UGM.
Penggunaan antibiotic and growth promoter (AGP) yang berlebih menjadi tantangan bagi dunia industri peternakan di Indonesia. AGP merangsang resistensi bakteri dan residu yang tersimpan dalam produk peternakan (daging, susu, telur) berbahaya bagi kesehatan manusia karena menyebabkan resistensi bakteri pathogen. Food and Agriculture Organization mencatat penggunan antibiotik dalam pertanian mencapai 63.000—240.000 ton setiap tahun.
“Tantangan tersebut ditambah dengan daya beli masyarakat Indonesia yang masih rendah terhadap produk peternakan. Dari 260 juta penduduk Indonesia, hanya 30 juta penduduk yang berdaya beli tinggi,” ujar Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA., IPU ketika memberikan pembekalan dalam in-class training Work-Based Academy, Senin (1/10) di Fakultas Peternakan UGM.