
Proyek ELEGTEC (Enhancing Sustainable and Green Leather Technology in Indonesia) terus berkomitmen untuk memperkuat industri kulit di Indonesia melalui pendekatan berkelanjutan. Hal ini tercermin dari terselenggaranya pertemuan kedua Advisory Committee pada 22 Mei 2025 di Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kulit, Karet, dan Plastik (BBSPJIKKP), Yogyakarta. Kegiatan dihadiri perwakilan dari perguruan tinggi, instansi pemerintah, dan industri kulit nasional.
Pertemuan yang dibuka oleh Hagung Eko Pawoko, S.T.P., M.Sc. selaku Kepala Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kulit, Karet, dan Plastik ini menekankan pentingnya industri penyamakan kulit terhadap ekonomi nasional dengan nilai mencapai 12 miliar dolar pada tahun 2024. Namun demikian, ia juga menyoroti kerentanan struktural sektor ini akibat ketergantungan tinggi pada bahan baku impor, mengingat pasokan domestik hanya mampu memenuhi sekitar 25% kebutuhan tahunan kulit mentah.
Dr. Ir. Mohammad Zainal Abidin, S.Pt., M.Biotech., IPM selaku perwakilan tim proyek menjelaskan tentang kemajuan pelaksanaan ELEGTEC yang dimulai secara resmi dengan pendanaan Erasmus+ pada 2024. Proyek ini terdiri dari beberapa Work Package (WP), di mana WP4 terkait pengembangan pusat peralatan dipimpin oleh UGM dan WP5 mengenai pelatihan serta summer course yang dipimpin oleh UNHAS.
“Kami telah melaksanakan pelatihan di Athena dan Izmir yang sangat membuka wawasan, terutama terkait analisis instrumental dan transisi dari penyamakan krom menuju penyamakan nabati menggunakan bahan alami seperti mimosa, quebracho, dan tara,” jelas Zainal yang juga dosen Fakultas Peternakan (Fapet) UGM itu, Kamis (5/6).
Zainal menambahkan bahwa sistem industri penyamakan kulit di Eropa telah terintegrasi dengan sangat baik. Ia mencontohkan di negara seperti Italia dan Jerman, penyamakan kulit dilakukan di kawasan industri khusus yang dilengkapi dengan instalasi pengolahan limbah terpusat dan pengawasan lingkungan yang ketat.
“Ini adalah model yang patut kita adaptasi untuk meningkatkan keberlanjutan industri kulit di Indonesia,” ujarnya.
Dalam sesi diskusi, hadir pula perwakilan dari Badan Karantina Indonesia (BKI) yang memberikan wawasan terkait kebijakan ekspor-impor bahan baku kulit dan bahan kimia penyamakan. Perwakilan BKI menyampaikan pemahaman terhadap regulasi yang sangat penting bagi keberlanjutan industri, khususnya dalam menghadapi tantangan distribusi global dan standar keamanan.
Pertemuan ini menegaskan kembali peran ELEGTEC sebagai platform kolaborasi antara akademisi, pelaku industri, dan pemerintah dalam menciptakan ekosistem industri kulit yang kompetitif dan berkelanjutan di Indonesia.
Sumber: Zainal
Editor: Satria
Foto 1 : Freepik.com,
foto 2 : Panitia