Tim Laboratorium Teknologi Makanan Ternak (TMT) Fakultas Peternakan (Fapet) UGM menciptakan teknologi konsentrat immunobooster untuk meningkatkan produksi susu sapi terutama pasca infeksi penyakit. Salah satu peneliti, Moh. Sofi’ul Anam, S.Pt., M.Sc., memberi contoh saat sapi perah terkena Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) produksi susunya turun drastis. Namun, setelah diberi immunobooster produksinya kembali meningkat.
“Saat terkena PMK produksi susunya turun hingga 50 persen dari produksi awal. Lalu, ketika ada treatment produksi susunya bisa kembali normal. Misal awalnya 12 liter lalu kena PMK jadi 5-6 liter dan setelah ditreatment bisa kembali normal 11-12 liter,”kata Sofi’ul, Kamis (29/8).
Persoalan produksi susu dan daging di kalangan peternak dan petani menjadi salah satu persoalan yang harus dicarikan solusi. Salah satu kunci untuk meningkatkan produksi susu dan daging ini dengan meningkatkan kualitas nutrisi dengan teknologi pakan.
Immunobooster merupakan formula konsentrat yang mengandung energi-protein densitas tinggi, makro-mikro mineral esensial, probiotik, herbal untuk melengkapi/menyeimbangkan nutrien pakan.
Komposisi immunoboster terdiri dari jagung, kopra, bungkil kedelai, bungkil kelapa sawit, corn gluten meal, onggok, dedak gandum, DDGS, tetes tebu, minyak sawit, premix mineral dan premix vitamin.
“Wabah PMK banyak menimbulkan kerugian besar sehingga perlu inovasi pakan untuk meningkatkan imunitas dan produktifitas ternak,”imbuhnya.
Pada program Fapet Menyapa edisi perdana Jumat (23/8) lalu, tim Laboratorium TMT Fapet UGM lainnya yakni Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA., IPU., ASEAN Eng dan Ir. Cuk Tri Noviandi, S.Pt., M.Anim.St., Ph.D., IPM., ASEAN Eng., juga sempat mengenalkan Burger Pakan serta Fermented Total Mixed Ration (F-TMR). Burger pakan dirancang untuk memperkuat kandungan nutrisi sedangkan F-TMR untuk memastikan distribusi ransum harian yang merata.
“Pakan F-TMR lebih menjamin meratanya distribusi asupan ransum harian dan mampu menyumbang kebutuhan serat yang sangat penting bagi stabilitas ekosistem rumen,”kata Ali.
Penulis: Satria
Foto: Sofiul & Satria