Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan turut bangga atas acara pengukuhan Guru Besar ke-43 Fakultas Peternakan UGM dalam bidang reproduksi ternak, yang diselenggarakan pada Selasa, 6 Februari 2024 di Balai Senat Universitas Gadjah Mada.
Dalam acara pengukuhan Guru Besar ini, Prof. Dr. Ir. Sigit Bintara, M.Si., IPU., ASEAN Eng. menyampaikan pidato dengan judul “Peningkatan Kualitas Sperma dengan Pemanfaatan Berbagai Bahan Lokal dalam Rangka Perbaikan Reproduksi Ternak” yang membahas secara ringkas mengenai upaya peningkatan kualitas sperma dengan pemanfaatan berbagai macam bahan lokal yang banyak tersedia dalam rangka perbaikan reproduksi ternak.
Pemilihan tema pidato pengukuhan ini berkaitan dengan bidang ilmu yang ditekuni sejak memasuki jenjang Sarjana di Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada serta topik-topik yang relevan dengan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan bersama tim, selama menjadi dosen di Fakultas Peternakan UGM. Ketertarikan Prof Sigit dengan tema yang diangkat tersebut dilandasi akan pentingnya kualitas sperma dari pejantan dalam reproduksi ternak yang menjadi faktor utama dalam mendukung program inseminasi buatan. Di sisi lain, di sekitar kita banyak bahan-bahan lokal yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas sperma.
Inseminasi Buatan merupakan teknologi reproduksi yang bertujuan untuk meningkatkan populasi dan mutu genetik ternak. Beberapa manfaat dari inseminasi buatan antara lain untuk meningkatkan mutu genetik ternak, meningkatkan kemampuan reproduksi ternak, pencegahan penyakit, penyebaran bibit unggul, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan peternak dan juga efisiensi biaya. Pada program inseminasi buatan, sperma yang ditampung dari pejantan harus memenuhi standar sebelum dilakukan proses pengenceran. Proses pengenceran bertujuan untuk memberikan medium bagi spermatozoa dan memperpanjang masa simpan. Menurut Prof Sigit, syarat bahan pengencer sperma yang baik adalah murah, sederhana, praktis untuk dibuat, memiliki daya preservasi yang tinggi, mengandung zat-zat makanan sebagai sumber energi serta tidak bersifat toksik bagi spermatozoa.
Prof Sigit mengemukakan bahwa kualitas sperma yang dihasilkan oleh pejantan dipengaruhi beberapa hal antara lain genetik, pakan, umur, libido, dan juga exercise. Kemudian, kualitas sperma setelah penampungan dipengaruhi beberapa hal antara lain suhu, paparan sinar matahari, dan juga pemberian bahan antioksidan. Evaluasi kualitas sperma setelah penampungan dapat dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Evaluasi secara makroskopis antara lain meliputi volume, warna, bau, pH, dan konsistensi sperma. Sedangkan kualitas secara mikroskopis meliputi konsentrasi, motilitas, viabilitas, dan abnormalitas spermatozoa.
Untuk meningkatkan kualitas sperma, menurut penelitian Prof Sigit, dapat dilakukan dengan memberikan perlakuan pada pejantar. Perlakuan yang pertama adalah Pemberian Sanrego yang merupakan tanaman yang memiliki efek afrodisiak yang dapat meningkatkan libido. Bagian batang dan daun mengandung antioksidan berupa steroid, fenolik, saponin, alkaloid dan kumarin, sedangkan alkaloid yang ditemukan adalah lunacridine. Kedua, Pemberian kecambah yang mengandung vitamin E dan antioksidan yang lengkap sebagai perlindungan bagi tubuh sebagai bahan pakan penguat, kandungan protein dan vitamin E nya tinggi sehingga mampu menambah kesuburan dan anti-aging (penuaan). Ketiga, Pemberian daun kelor yang mampu meningkatkan libido setelah 9-12 minggu perlakuan. Suplementasi pakan daun kelor 50% dapat meningkatkan jumlah spermatozoa pada kambing. Keempat, Pemilihan waktu yang tepat untuk penampungan spermaa adalah pada pagi hari dimana suhu udara masih sejuk dan tidak panas. Ternak akan merasa lebih nyaman bila dilakukan penampungan sperma pada pagi hari. Kelima, Pemilihan pejantan berdasarkan umur, dimana volume terendah terjadi pada umur dua tahun dan meningkat secara bertahap hingga umur delapan tahun. Keenam, pemilihan pejantan berdasarkan libido tertinggi pada pejantan yang akan memudahkan penampungan sperma dan kualitas sperma yang didapat juga akan menjadi lebih baik. Pada ternak sapi dan babi, peningkatan hormon testosteron terjadi menjelang pubertas dan terjadi penurunan ketika musim panas.
Selain memberikan perlakuan pada pejantan, dalam penelitian Prof Sigit, upaya peningkatan kualitas sperma dapat juga dilakukan pada sperma yang telah ditampung, antara lain dengan memberikan bahan-bahan antioksidan pada sperma, dan juga dengan melakukan separasi atau sexing spermatozoa. Bahan-bahan lokal mudah tersedia dan banyak mengandung antioksidan yang pertama adalah ekstrak bawang merah. Penambahan ekstrak bawang merah sebanyak 2% dalam pengencer Ringer’s Dextrose memberikan hasil yang lebih baik pada pengujian kualitas spermatozoa kambing PE yang meliputi motilitas individu, viabilitas, dan abnormalitas spermatozoa setelah proses pengenceran. Kedua, penambahan ekstrak bawang putih pada sperma untuk pengencer sperma yang bertujuan untuk mencegah efek radikal bebas yang dapat menurunkan kualitas spermatozoa. Kerusakan membran spermatozoa dapat dihambat atau dicegah dengan menambahkan antioksidan. Ketiga, penambahan ekstrak daun kelor pada sperma di mana penambahan 5% ekstrak daun kelor dalam bahan pengencer sitrat kuning telur pada spermatozoa babi Landrace mampu mempertahankan motilitas dan viabilitas spermatozoa pada penyimpanan suhu 18-20°C selama 24 jam.
Keempat, penambahan ekstrak mengkudu pada sperma sebanyak 4% dalam pengencer sitrat kuning telur pada sperma domba ekor tipis memberikan hasil terbaik pada motilitas (44,2%) dan viabilitas spermatozoa (68,4%) selama penyimpanan 5 hari pada suhu 5°C. Kelima, penambahan ekstrak daun kemangi pada sperma sebanyak 4% ekstrak daun kemangi ke dalam bahan pengencer memberikan pengaruh nyata terhadap abnormalitas sperma kambing Boer selama penyimpanan suhu ruang. Keenam, penambahan ekstrak buah tomat pada sperma sebanyak 8% ke dalam pengencer sitrat kuning telur berpengaruh terhadap kualitas sperma cair yang meliputi motilitas, viabilitas, dan abnormalitas spermatozoa. Ketujuh, penambahan ekstrak temulawak pada sperma sebanyak 3% memberikan kualitas sperma terbaik pada penyimpanan suhu 5°C.
Kedelapan, penambahan minyak zaitun pada sperma sebanyak 8% minyak zaitun ekstrak virgin dapat digunakan sebagai antioksidan di dalam pengencer ringer fruktosa untuk mempertahankan kualitas sperma ayam lokal selama penyimpanan.
Prof Sigit berharap berbagai bahan lokal yang melimpah di sekitar kita dapat dimanfaatkan sebagai suplemen pakan dan tambahan pada bahan pengencer sperma guna meningkatkan kualitas sperma. Pemanfaatan sumber daya lokal ini tidak hanya mendukung reproduksi ternak tetapi juga sekaligus melestarikan sumber daya genetik tanaman. (Sekretariat/Prisil)