Bencana alam adalah hal yang tidak pernah diharapkan, namun jika kita dihadapkan pada fenomena tersebut maka perlu upaya agar dapat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Gunung Agung dalam beberapa hari menunjukkan peningkatan aktivitas dan sudah sampai status awas. Untuk itu, Fakultas Peternakan UGM mendirikan Posko Penyelamatan Ternak bersama ISPI, FPPTI, AINI, Gapuspindo, dan Persepsi.
Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof. Ali Agus, mengatakan pemerintah menetapkan daerah di bawah radius kurang dari 12 km untuk dikosongkan. Diperkirakan, sekitar 70 ribu penduduk akan berpindah dalam barak pengungsian. Dengan demikian, keselamatan ternak menjadi bagian tak terpisahkan dari keselamatan manusianya.
“Sebagian pengungsi adalah peternak yang rela mengambil risiko masuk kawasan rawan bencana (krb) untuk tetap memantau dan memberi pakan ternak-ternaknya. Pada sisi lain, ada saja oknum yg memanfaatkn kesempatan dengan membeli ternak penduduk dengg harga murah (sampai separuh harga normal),”kata Ali, Minggu (1/10).
Oleh karena itu, selain posko pengungsian manusia juga diperlukan posko pengungsian ternak. Disitulah Fakultas Peternakan UGM terpanggil untuk berperan melalui posko bersama. Posko tersebut didirikan di Desa Ngis, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem.
Pada Minggu (1/10), tim dari Fakultas Peternakan, yaitu Bambang Suwignyo, PhD, Prof. I Gede Suparta Budisatria, Prof. Budi Guntoro bersama dua mahasiswa relawan (Surah dan Huma) berkunjung ke salah satu posko ternak di Tista, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem. Pada kesempatan itu, tim berkoordinasi dengan BNPB dan Dinas Peternakan setempat.
Menurut Koordinator tim, Bambang Suwignyo, saat ini ada 40 titik lokasi ternak yang telah disiapkan. Sapi sebanyak 3.000 ekor sudah dievakuasi dari 20 ribu ekor yg ada. Sedangkan jumlah pengungsi sudah mencapai 144 ribu orang dari perkiraan 70 ribu.
“Sumber pakan hijauan yang lebih diutamakan karena saat ini kurang. Konsentrat relatif sudah tersedia. Meski kita belum bisa prediksi sampai berapa lama situasi darurat ini,”katanya.
Bambang Suwignyo menyatakan bahwa posko bersama tersebut selain bersiap dengan stok pakan konsentrat juga menawarkan program edukasi pengurangan risiko bencana. Tim Fakultas Faternakan mengusulkan program membuat pakan fermentasi dengan melibatkan para pengungsi. Pakan fermentasi ini dapat disimpan dalam waktu lama dan tidak rusak sehingga dapat untuk antisipasi stok jika erupsi berlangsung lama.
“Setidaknya membuat stok pakan fermentasi akan mengurangi frekuensi peternaik naik ke KRB 1 dan 2. Pelibatan pengungsi selain ada edukasi juga dapat menjadi wahana interaksi dan mengurangi stres di pengungsian,”tutur Bambang. (Humas UGM/Satria)
Sumber: http://ugm.ac.id/id/berita/14851-fapet.ugm.mendirikan.posko.penyelamatan.ternak.gunung.agung