Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan bangga mengumumkan acara pengukuhan Guru Besar ke-42 Fakultas Peternakan UGM dalam bidang ruminansia kecil, yang diselenggarakan pada Selasa, 16 Januari 2024 di Balai Senat Universitas Gadjah Mada.
Dalam acara pengukuhan Guru Besar ini, Prof Yuni menyampaikan pidato dengan judul “Peranan ruminansia kecil dalam penyediaan protein hewani di Indonesia: Tantangan dan Prospek” yang membahas mengenai Peranan ternak perah secara umum, peranan minor dairy animals dan kambing perah dalam pemenuhan protein hewani di Indonesia, permasalahan dan solusinya.
Beliau menyampaikan bahwa produksi susu sapi perah pada dasarnya dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu faktor genetik (bibit dan individu ternak) dan faktor lingkungan yang meliputi iklim, pakan, fisiologi dan manajemen. Produksi susu peternakan rakyat tergolong rendah, misalnya di peternak rakyat Jawa Tengah, produksi susu FH rata-rata 10-12 liters/hari, lebih rendah dari rata-rata produksi susu peternakan skala besar 25,88 L/ekor. Sehingga, dapat diketahui bahwa produksi susu sapi perah belum dapat mencukupi kebutuhan susu nasional, karena adanya beberapa faktor penghambat, sehingga perlu diulas ternak perah selain sapi dalam perannya memproduksi susu.
Lebih lanjut, Prof Yuni menyampaikan bahwa kambing perah merupakan salah satu alternatif penghasil susu selain sapi perah. Sifat-sifat yang menguntungkan pada ternak kambing, antara lain kemampuan beradaptasi pada wilayah geografis dan kondisi iklim yang sangat bervariasi, menjadikan ternak ini dapat dikembangkan di daerah yang tidak subur. Ukuran tubuh yang kecil, cepat dewasa, waktu buntingnya pendek serta prolifik, menjadikan kambing cepat berkembang biak dan tidak membutuhkan modal yang besar.
Pada peternakan yang bertujuan utama menghasilkan susu komersial, menurut Prof Yuni, produksi susu mencapai 0,96 sampai 1,34 liter/hari, selama 5 sampai 7 bulan. Pada sistem ini pengelolaan kambing PE diarahkan sebagai ternak perah, dengan memaksimumkan produksi susu seluruh masa laktasi untuk kebutuhan susu komersial. Pada pemeliharaan dengan tujuan utama breeding, di mana susu diutamakan untuk membesarkan anak kambing, produksi susu hanya rendah yaitu 0,26 sampai 0,35 liter/hari, dan dalam waktu pendek (14 hari). Hal ini terjadi karena pemerahan dimulai setelah induk menyapih anaknya.
Prof Yuni menekankan bahwa ruminansia kecil, dalam hal ini kambing perah memiliki peran sebagai penyedia protein hewani dalam bentuk susu kambing. Keberadaan kambing perah mulai diterima oleh masyarakat, terbukti dari adanya upaya secara mandiri dalam menyediakan bibit, pakan, pengolahan susu dan pemasaran produknya. Perkembangan ini memerlukan dukungan yang kuat dan pendampingan dari pemerintah termasuk perguruan tinggi dan melembaga agar produktivitas meningkat dan dapat meyakinkan konsumen dengan standar kualitas yang benar. (Sekretariat/Prisil)