Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan turut bangga atas acara pengukuhan Guru Besar ke-44 Fakultas Peternakan UGM dalam bidang sosial ekomoni peternakan, yang diselenggarakan pada Selasa, 13 Februari 2024 di Balai Senat Universitas Gadjah Mada.
Dalam acara pengukuhan Guru Besar ini, Prof Trisakti menyampaikan pidato berjudul “Potensi dan Tantangan Peternak Kecil (Smallholders) dalam Menghadapi Perubahan Iklim Melalui Transformasi Teknologi Digital Menuju Peternakan Presisi” yang membahas mengenai potensi dan tantangan bagi petani peternak kecil dalam menghadapi perubahan iklim serta bagaimana transformasi teknologi digital dapat menjadi pendorong yang baik untuk pemberdayaan mereka menuju peternakan presisi.
Jenis usaha pertanian dan peternakan di Indonesia masih didominasi oleh usaha pertanian perorangan (UTP) yaitu sebesar 99,94% dari total usaha pertanian. Hasil sensus pertanian (2023) menunjukkan sub sektor peternakan merupakan usaha pertanian yang menempati posisi kedua terbanyak (12,19 juta unit) setelah sub sektor tanaman pangan (15,77 juta unit). Hal ini menunjukkan bahwa subsector peternakan mempunyai potensi ekonomi dan peran yang signifikan baik di tingkat regional maupun nasional. Meskipun peternakan sangat penting, ketahanan dan keberlanjutan sistem peternakan di Indonesia, bahkan di seluruh dunia, khususnya di masyarakat pedesaan, semakin terancam oleh tantangan perubahan iklim, ketidakpastian di pasar komoditas, dan ketidakstabilan ekonomi politik, ungkap Prof Trisakti.
Petani peternak kecil di negara berkembang memainkan peran penting di seluruh dunia dalam memastikan keberlanjutan dan ketahanan pangan. Meskipun tidak ada definisi standar atau definisi yang diterima secara universal tentang petani kecil, mereka dicirikan sebagai petani yang membudidayakan lahan kecil dengan luasan kurang dari 2 ha atau rata-rata 0,56 ha untuk petani kecil Indonesia (FAO, 2018), menggunakan tenaga kerja keluarga, dan bergantung pada pertanian mereka sebagai sumber utama ketahanan pangan dan sumber pendapatan mereka.
Menurut Prof Trisakti, ada enam faktor yang membuat pertanian/peternakan keluarga dipandang mampu menciptakan pertanian/peternakan berkelanjutan, yaitu 1) pertanian keluarga merupakan pelaku utama dan kontributor utama untuk ketahanan pangan dan gizi, 2) produktivitas lahan sering kali relatif lebih tinggi pada pertanian keluarga, karena efisiensi anggota keluarga sebagai tenaga kerja, 3) peternakan kecil memiliki potensi untuk meningkatkan ikatan sosial dan solidaritas di komunitas pedesaan, 4) pertanian keluarga memiliki keunggulan dalam hal keberlanjutan lingkungan dan mengatasi perubahan iklim, karena mereka secara umum dikenal sebagai pemelihara lingkungan, 5) peternak kecil umumnya menjadi tulang punggung ekonomi di pedesaan dalam menyediakan pekerjaan dan pendapatan bagi masyarakat setempat serta dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian daerah dan nasional, dan 6) peternakan kecil sering terkait dengan budaya dan tradisi lokal, dan mereka dapat mempertahankan keanekaragaman genetik dan kearifan lokal dalam pemeliharaan ternak.
Sistem petani kecil secara historis mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan dan sosial ekonomi dalam menghadapi perubahan iklim karena petani kecil memiliki berbagai kapasitas adaptasi, seperti pengetahuan, jaringan, dan teknik pengelolaan. Kapasitas adaptasi ini mungkin akan terlihat berbeda dari kapasitas adaptasi yang digunakan dalam sistem pertanian lainnya (Cohn et al., 2017). Sejak zaman dahulu, alam telah menjadi satu-satunya pemandu bagi komunitas petani peternak ketika hendak melakukan berbagai aktivitas usaha. Namun, seiring dengan perubahan zaman, kebutuhan sektoral yang juga berubah dan ketergantungan pada tanda-tanda alam yang bersifat asumtif tidak hanya menjadi tidak memadai, tetapi juga menimbulkan risiko karena ketidakpastian yang terkait dengannya (Kumar and Agrawal, 2020). Pada saat itulah inovasi teknologi dibutuhkan untuk menjembatani kesenjangan tersebut. Mengubah perilaku petani peternak kecil untuk melakukan aktivitas menggunakan perangkat teknologi online merupakan sebuah tantangan tersendiri.