Tiga mahasiswa Fakultas Peternakan (Fapet) UGM, mengikuti Asia Youth International Model United Nations (AYIMUN) pada 3—6 November 2017 di Malaysia. AYIMUN merupakan sebuah simulasi sidang PBB yang diselenggarakan untuk melatih generasi muda dalam melakukan lobi, negosiasi, dan diplomasi seperti dalam sidang PBB. AYIMUN 2017 mengambil tema “Enhancing Global Power through Diplomacy and Regional Integration” dengan diikuti oleh 500 delegasi yang berasal dari 18 negara. Delegasi Fapet UGM yaitu Veronika Yusvita (Angkatan 2014), Nisma Islami Maharani (Angkatan 2014), dan Arif Hidayat (Angkatan 2014). Acara ini merupakan sebuah wadah untuk mendorong diplomat-diplomat muda memahami isu dan kebijakan internasional serta ajang berdiskusi dengan peserta lain yang memiliki latar belakang dan kebudayaan yang berbeda.
“Delegasi berkesempatan menunjukkan kemampuannya dalam melakukan negosiasi dan diplomasi pada simulasi sidang PBB. Delegasi dalam konferensi AYIMUN berperan sebagai duta dari berbagai negara, figur politik, dan organisasi internasional yang mendiskusikan suatu topik. Saya masuk ke dalam komite United Nation of Human Right Council (UNHRC) yang membahas Ending Modern Slavery in the 21st Century serta berposisi menjadi wakil dari Korea Selatan,” ujar Veronika.
Selain melaksanakan simulasi sidang PBB, peserta juga melaksanakan comitte session dan social event. “Committee Session adalah sesi formal yang mendiskusikan beberapa isu dalam sidang. Sementara itu, social event terdiri dari 3 kegiatan. Pertama, MUNers Party, yaitu sesi tidak formal dengan beberapa hiburan untuk menguatkan hubungan antar delegasi. Kedua, diplomatic dinner, yaitu acara makan malam semiformal untuk menguatkan interaksi antardelegasi dan ketiga adalah city tour, yaitu kunjungan ke beberapa situs sejarah dan tempat wisata di Kuala Lumpur,” kata Nisma.
Tujuan akhir konferensi tersebut adalah mendorong kaum muda untuk kritis terhadap hubungan serta isu internasional yang sedang terjadi, memahami dan mencari solusi untuk memecahkan suatu permasalahan, serta menciptakan suatu atmosfer yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan diplomasi.
“Secara keseluruhan, program ini sangat tepat untuk melatih kepemimpinan, analisis, diplomasi dan public speaking, meningkatkan pengetahuan para delegasi tentang PBB, melatih berfikir kritis mengenai isu-isu global, dan menjalin hubungan internasional yang erat antar negara-negara di Asia,” ujar Arif.
(Humas Fapet/Nadia)