Lima orang mahasiswa UGM melakukan pendampingan budi daya lebah madu tanpa sengat pada Kelompok Pemberdayaan Disabilitas (KPD) Mitra Karya Sejahtera Kabupaten Gunungkidul. Pendampingan tersebut bertujuan untuk membantu mengatasi permasalahan pengangguran akibat kurangnya kepercayaan diri dan minimnya aksesibilitas pekerjaan bagi kelompok difabel. Budi daya lebah klenceng cocok dilaksanakan oleh KPD Mitra Karya Sejahtera karena program ini dapat dijalankan dengan modal terjangkau, tidak memerlukan kegiatan fisik yang berat, dan aman bagi penyandang disabilitas.
Kelima mahasiswa yang tergabung dalam kelompok Program Kreativitas Mahasiswa ini terdiri atas tiga orang mahasiswa Fakultas Peternakan, yaitu Aliya Rahmawati Nurkhasanah, Desta Lovefiyana Nurpita, dan Satriya Putra Pratama, serta dua mahasiswa lainnya yakni Muhammad Fahmi Rafsanjani dari Fakultas Ilmu Budaya dan Paras Ardina Aya Shopya dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Tim tersebut dibimbing oleh Moh. Sofi’ul Anam, S.Pt., M.Sc. sebagai dosen pendamping. Menyadari pentingnya pemberdayaan terhadap kelompok difabel untuk meningkatkan keterampilan dalam rangka mendukung sumber penghasilan mereka, tim tersebut tidak hanya melakukan pendampingan, namun juga memberikan pelatihan budi daya lebah madu tanpa sengat yang biasa disebut lebah klanceng (Trigona sp.).
“KPD Mitra Sejahtera memiliki lahan seluas 250 m² yang belum dimanfaatkan. Hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan produktif yang dapat dilakukan oleh KPD Mitra Karya Sejahtera. Perawatan budi daya klenceng juga mudah karena lebah akan mencari pakannya sendiri melalui tanaman yang ada di sekitar tempat budidaya,” kata Aliya selaku ketua tim, Jumat (19/7).
Program pendampingan dan pelatihan ini berlangsung selama empat bulan, yaitu sejak bulan Mei hingga Agustus 2024. Program dimulai dengan penanaman tanaman pakan lebah, pelatihan budi daya lebah, pemilihan dan pemindahan koloni, pemeliharaan lebah klanceng, hingga pemanenan madu. Rangkaian kegiatan tersebut dilaksanakan di rumah ketua KPD Mitra Sejahtera, Budi. Sebanyak 24 anggota difabel yang mengikuti program ini di antaranya penyandang tuna daksa, tuna rungu, tuna wicara, tuna netra, autism mental retardasi, dan lain-lain.
Sebelumnya, beberapa program pelatihan telah diberikan, seperti beternak ayam, kambing, dan budi daya lele, namun mengalami kegagalan karena membutuhkan modal yang besar dan kondisi fisik yang kuat. Namun demikian, setelah pelatihan budi daya lebah klanceng, menurut Aliya, kelompok difabel sudah memiliki pengetahuan dan kemampuan baru mengenai budi daya lebah klanceng tanpa sengat dengan manajemen yang baik. Aliya dan kawan-kawannya juga memberikan materi tentang tata cara pemasaran yang baik hingga pengembangan produk turunan madu seperti bee pollen, propolis, dan royal jelly.
Selain pemberdayaan terhadap anggota difabel, tim ini juga memberikan training of trainer kepada pengurus KPD Mitra Sejahtera yang telah mengikuti program pelatihan agar dapat menjadi fasilitator bagi kelompok pemberdayaan difabel lainnya. Ketua Pusat Pemberdayaan Disabilitas Mitra Sejahtera Gunungkidul mengatakan pendampingan yang diberikan oleh tim mahasiswa UGM diharapkan mampu memberikan keterampilan baru bagi anggota Kelompok Mitra Karya Sejahtera. Selain itu, pelatihan tersebut juga diharapkan dapat diterapkan secara berkelanjutan pada kelompok pemberdayaan disabilitas lainnya.
Sumber: Tim PKM-PM