Membidik Bisnis Peternakan Ramah Lingkungan di Tengah Kota

Peternakan di tengah kota atau urban farming bisa dioptimalkan sehingga menghasilkan pendapatan. Dengan memanfaatkan lahan yang ada kita bisa mengembangan peternakan yang dikombinasikan dengan perkebunan sekaligus. Itu yang dilakukan oleh alumnus Fakultas Peternakan (Fapet) UGM, Gangga Murcita Wisudanta, pada  Webinar Studi Islam Kontekstual tentang Membangun Usaha Berbasis Peternakan, Jumat (27/9) di Fapet UGM.

“Saya ada lahan 2.000 m. Yang 1.000 m untuk homestay dan sisanya coba saya kembangkan untuk farm,”kata Gangga.

Menurut Gangga bisnis yang ia geluti selain untuk menyalurkan hobi sekaligus bisa mendongkrak jumlah tamu yang datang menginap. Mereka bisa mendapatkan pengalaman menginap sekaligus berkebun dan memetik hasilnya. “Jadi, lahan yang saya punya bisa untuk konservasi hewan langka dan tamu bisa menikmati hasil kebun,”imbuhnya.

Senada dengan itu juga disampaikan Suci Teguh dari Iga Bakar Jogja. Suci juga mengembangkan bisnis kuliner, properti dan juga urban farming di rumahnya yang ada di tengah kota. Salah satu ternak yang cukup prospek dikembangkannya yakni burung.

“Coba pilih ternak yang punya nilai ekonomis tinggi. Misalnya burung Branjangan harga anakannya saja bisa 5 juta, sedangkan kita ngasih pakan per bulan mungkin 100 ribu,”kata Suci.

Dosen Fapet UGM, Prof. Ir. Bambang Suwignyo, S.Pt., MP., Ph.D., IPM., ASEAN Eng., pada acara itu banyak menyinggung tren wisata halal dunia. Menurut Bambang, jumlah kunjungan wisatawan dunia ke Indonesia mencapai 4,2 juta orang, masih di bawah Malaysia yang mencapai 6 juta wisatawan.

“Kunjungan wisatawan dunia ke tanah air hitungannya masih kecil. Sama jumlahnya dengan kunjungan ke salah satu masjid di Andalusia tiap tahun. Jadi, masih perlu didongkrak kembali,”tutur Bambang.

 

Penulis: Satria

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.