Pemerintah terus berupaya agar ketersediaan susu dan daging di tanah air tercukupi, khususnya menjelang dilaksanakannya Program Makan Siang Bergizi tahun depan. Plt. Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Ditjen PKH, Sintong HMT Hutasoit, menjelaskan hal ini dalam acara Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Peternakan dengan tema Pengembangan Teknologi Peternakan Cerdas untuk Mendukung Pembangunan Nasional, Selasa (5/11) di Fakultas Peternakan (Fapet) UGM.
“Penyediaan susu dan daging sapi ini menjadi program strategis pemerintah,”kata Sintong.
Sintong menegaskan bahwa susu dan daging sapi saat ini masih dalam kondisi defisit. Berbeda dengan penyediaan daging dan telur ayam ras yang surplus. Daging ayam ras saat ini surplus 0,12 juta ton sama halnya dengan telur ayam ras yang surplus 0,17 juta ton. Sementara untuk susu nasional masih defisit 3,7 juta ton, begitu pula dengan daging sapi yang juga masih defisit 0,4 juta ton.
“Maka kita susun peta jalan dan strategi pemenuhan ketersediaan susu dan daging sapi ini,”imbuhnya.
Dalam kesempatan itu Sintong juga menyinggung target cepat 100 hari untuk mengatasi desifit susu dan daging sapi, seperti pemasukan sapi perah dan indukan sapi betina produktif dari Australia dan Brazil serta penyiapan informasi lahan dan link and match investasi.
Pembicara lainnya, Bayu Dwi Apri Nugroho dari Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian UGM mengangkat pentingnya integrasi agritech dan agribisnis sebagai inovasi dalam ketersediaan dan keamanan komoditas pangan. Menurut Bayu teknologi pertanian akan lebih bermanfaat untuk menyelesaikan masalah dari hulu ke hilir apabila diterapkan dalam suatu ekosistem pertanian, termasuk dalam ketersediaan dan keamanan pangan dengan konsep traceability.
“Keberhasilan suatu ekosistem pertanian berbasis teknologi tergantung dari komitmen masing-masing stakeholder yang terlibat,”tegas Bayu.
Penulis: Satria
Foto: Margiyono