Dekan Fakultas Peternakan (Fapet) UGM, Prof. Ir. Budi Guntoro, S.Pt., M.Sc., Ph.D., IPU., ASEAN Eng., menerima kunjungan konsultan independen dari perwakilan Bank Dunia, Alban Bellinguez, dan Heru Prama Yuda, Senin (20/1). Kunjungan ke Fapet UGM juga disertai staf dari Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Sementara dari Fapet ikut hadir juga Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Ir. R. Ahmad Romadhoni Surya Putra, S.Pt., M.Sc. Ph.D., IPU., ASEAN Eng., Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Kerjasama, Prof. Ir. Yuny Erwanto, S.Pt., MP., Ph.D., IPM. dan dosen Fapet, Ir. Dimas Hand Vidya Paradhipta, S.Pt., M.Sc., Ph.D., IPP.
Dalam kunjungannya ke Fapet, perwakilan Bank Dunia banyak mendengarkan paparan yang disampaikan Dekan seperti riset riset unggulan yang sedang dikembangkan di Fakultas, termasuk hilirisasi riset, keterlibatan mitra, maupun keterlibatan Fapet bersama pemerintah dalam beberapa program unggulan seperti makan bergizi gratis dan penanganan PMK
“Bersama pemerintah, UGM aktif mengikuti penanganan PMK mengingat kita memiliki SDM yang banyak di lapangan,”papar Budi Guntoro.
Budi juga menjelaskan mengenai kolaborasi riset yang melibatkan pemerintah maupun swasta. Sementara untuk hilirisasi riset bisa dilakukan dengan berbagai saluran seperti jurnal ilmiah, penyuluhan langsung di masyarakat hingga program pengabdian kepada masyarakat.
“Melalui KKN misalnya UGM bisa langsung menjangkau 34 propinsi di tanah sir serta desa-desa binaan,”papar Dekan.
Perwakilan Bank Dunia juga cukup tertarik tentang komitmen Fapet UGM dalam pemanfaatan karbon. Dalam paparannya Dimas Hand Vidya Paradhipta menuturkan bahwa riset pakan untuk mengurangi emisi gas metana telah lama dilakukan oleh tim Dosen Fapet. Riset yang dilakukan diantaranya penggunaan aditif seperti senyawa metabolit sekunder tanaman hingga minyak nabati.
Terbaru, saat ini tim Dosen Fapet UGM berkejasama dengan BRIN mendapatkan hibah Riset Inovasi Indonesia Maju (RIIM) untuk mengembangkan bungkil biji nyamplung (Calophyllum inphyllum) sebagai pakan ternak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bungkil biji nyamplung memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder yang cukup tinggi dan mampu menurunkan emisi gas metana secara in vitro apabila digunakan sebagai pakan ternak.
“Pengembangan bahan pakan lokal asli Indonesia menjadi salah satu prioritas pengembangan riset untuk menjadikan Indonesia yang tangguh dan kuat dalam bidang peternakan,”kata Dimas.
Penulis: Satria
Foto: Margiyono