Fapet UGM Gandeng UMKM Sleman Kembangkan Inovasi Pengemasan Jadah Abon Tempe Tahan Lama

Untuk mendukung pengembangan produk-produk tradisional, Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Gadjah Mada (UGM) telah melaksanakan program pengabdian masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan masa simpan produk pangan lokal. Salah satu kegiatan yang telah berlangsung yakni program Aplikasi Metode Pengemasan Retort untuk Meningkatkan Masa Simpan Produk Jadah Abon Tempe di Sentra Industri Jadah Tempe, Kaliurang, Hargobinangun, Sleman, Kamis (10/10) lalu.

Program ini dipimpin oleh Dr. Ir. Endy Triyannanto, S.Pt., M.Eng., IPM., ASEAN Eng., bersama tim dari UGM. Program didanai Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat UGM sebagai bagian dari upaya untuk memfasilitasi pengembangan teknologi tepat guna yang dapat diterapkan pada UMKM di Yogyakarta.

“Jadah tempe sebagai makanan khas Sleman terbuat dari kombinasi ketan dan tempe bacem. Namun, permasalahan utama yang dihadapi oleh UMKM produsen jadah tempe adalah masa simpan produk yang relatif singkat sehingga membatasi jangkauan pasarnya. Untuk mengatasi kendala tersebut, tim UGM memperkenalkan metode pengemasan retort sebagai solusi yang inovatif,”kata Endy, Rabu (16/10).

Ia menjelaskan metode pengemasan retort menggunakan teknologi sterilisasi panas pada suhu tinggi sehingga memungkinkan produk tahan hingga satu tahun. Teknik ini sangat cocok untuk memperpanjang masa simpan produk-produk makanan tanpa menggunakan bahan pengawet kimia. Selain itu, tim juga memperkenalkan penggunaan pengemasan vakum sebagai langkah awal sebelum sterilisasi untuk meminimalkan kandungan oksigen dalam kemasan yang membantu menjaga kualitas dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme.

Menurut Endy inovasi ini diharapkan dapat mengatasi tantangan utama yang dihadapi UMKM dalam menjual jadah tempe sebagai oleh-oleh khas Yogyakarta. “Dengan menggunakan metode pengemasan retort, jadah tempe dapat bertahan lebih lama sehingga dapat dipasarkan secara lebih luas dan menjadi oleh-oleh yang tahan lama. Kami berharap ini dapat membantu meningkatkan daya saing produk lokal di pasar modern,”ungkap dosen dari Laboratorium Ilmu dan Teknologi Daging Fapet tersebut.

Program ini tidak hanya bertujuan untuk memperpanjang masa simpan, tetapi juga untuk menambah nilai gizi dengan menambahkan abon sebagai sumber protein hewani. Produk baru yang dihasilkan yakni jadah abon tempe diproyeksikan akan menarik lebih banyak konsumen, terutama dari kalangan wisatawan yang mencari produk olahan tradisional yang praktis dan bernilai gizi.

Salah satu peserta pelatihan, Menuk, mengaku memperoleh manfaat dari kegiatan ini.

“Sangat membantu. Kita sebelum ikut kegiatan ini belum tahu fungsi mesin retort,”kata Menuk.

Selain jadah tempe, ada rencana untuk mengembangkan varian produk lain dengan memanfaatkan bahan pangan bernutrisi baik seperti abon yang akan dipromosikan sebagai bagian dari upaya pelestarian kuliner tradisional Yogyakarta.

 

Sumber: Dr Endy

Editor: Satria

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.