Dosen Fapet Gagas Peningkatan Produksi Daging dan Susu Sapi Dukung Proyek Strategis Nasional

Presiden Prabowo Subianto telah menetapkan 77 Proyek Strategis Nasional (PSN) yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJMN) periode 2025-2029. Salah satu PSN bidang peternakan adalah peningkatan produksi daging dan susu sapi.

Pakar Pemuliaan Ternak dari Fakultas Peternakan (Fapet) UGM, Prof. Ir. Dyah Maharani, S.Pt., M.P., Ph.D., IPM, menyampaikan beberapa gagasan program guna meningkatkan produksi daging dan susu sapi di Indonesia. Program tersebut dapat disinergikan dengan beberapa stakeholders untuk mendukung ketahanan pangan nasional serta mengurangi ketergantungan pada impor daging dan susu.

Salah satu programnya adalah penguatan program inseminasi buatan (IB) dan transfer embrio (TE) berbasis genetik unggul yang berasal dari ternak lokal maupun eksotik, yang sudah dilaksanakan di beberapa wilayah sumber bibit.

“Selain meningkatkan jumlah ternak dengan lebih cepat juga untuk meningkatkan kualitas sapi lokal dengan teknologi reproduksi, sehingga menghasilkan bibit sapi yang lebih produktif dalam produksi daging maupun susu,”kata Dyah, Senin (10/3).

Selain itu, perlu juga program penguatan dan pengembangan program seleksi dan pemuliaan sapi perah dan potong berbasis data genetik di seluruh wilayah sumber bibit yang sudah ditetapkan pemerintah. Menurut Dyah, dengan membangun database genetik nasional, peternak dapat memilih bibit unggul berdasarkan produktivitas dan kualitas ternak.

Database genetik nasional tersebut dapat dikoleksi datanya menggunakan aplikasi recording ternak baik yang berbasis android maupun website. Beberapa aplikasi yang saat ini sudah dikembangkan antara lain: Sidik Peternakan, Aifarm, FIKKIA Animal MicroChip (FANCHIP) , REKS-EL (Rekording Sapi Elektronik) dan e-Recording.

“Aplikasi-aplikasi tersebut sebaiknya diintegrasikan dalam satu database genetik ternak secara nasional, sehingga implementasi sistem pemantauan berbasis digital ini akan membantu stakeholders termasuk pemerintah dalam menentukan kebijakan terkait arah pengembangan breeding ternak di Indonesia di masa yang akan datang,”papar anggota ARPENAS (Asosiasi Ahli Reproduksi dan Pemuliaan Ternak Nasional) itu.

Sementara untuk mendukung keberhasilan reproduksi, program peningkatan efisiensi reproduksi melalui manajemen nutrisi dan kesehatan juga menjadi salah satu usulan yang perlu dipertimbangkan. Program ini, imbuh Dyah, menekankan pada optimalisasi pakan berbasis potensi lokal, penerapan teknologi deteksi birahi dan kebuntingan, serta sistem kesehatan preventif guna menekan angka keguguran dan infertilitas pada sapi.

Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, dapat diperkuat juga program kemitraan dengan peternak dalam pembibitan sapi unggul. Beberapa pola kemitraan yang saat ini sudah berkembang perlu diperkuat, seperti kemitraan dengan perusahaan sawit dengan program SISKAnya, pola kemitraan penggemukan sapi Bali di NTT bekerja sama dengan PUSKUD (Pusat Koperasi Unit Desa) NTT, kemitraan sapi perah di Magelang Jawa Tengah bekerja sama dengan PT Nestle, juga kemitraan inti plasma antara peternak di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Kalimantan Tengah dengan PT Sulung Ranch-CBI group, kemitraan usaha penggemukan sapi potong di PT Great Giant Livestock (GGL) Kabupaten Lampung Tengah dan lain-lain perlu terus didukung dan dikembangkan di wilayah lain. Melalui pembentukan kelompok pembibitan sapi berbasis wilayah, diharapkan distribusi bibit unggul dapat lebih merata. Kemitraan antara pemerintah, koperasi, akademisi, dan industri peternakan juga menjadi kunci dalam penyediaan bibit berkualitas tinggi.

Usulan program-program ini sejalan dengan tujuan pemerintah dalam meningkatkan produksi protein hewani nasional dan mendukung keberlanjutan peternakan di Indonesia. Sinergi antara pemerintah dan para ahli di bidang peternakan khususnya ahli reproduksi serta pemuliaan ternak diharapkan target swasembada daging dan susu dapat tercapai dalam beberapa tahun ke depan.

Sumber: Dyah Maharani
Editor: Satria