Kurangi Ketergantungan Impor Pakan Ternak, Dosen Fapet UGM Kembangkan Alfalfa Tropik

Berdasarkan data Kementerian Pertanian RI, impor alfalfa pada tahun 2023 mencapai 20.644.450 kg dengan nilai 9.034.878 dolar AS atau setara Rp142 miliar (kurs 1 dolar AS=Rp15.727). Tingginya ketergantungan impor pakan ternak ini menjadi tantangan serius bagi sektor peternakan dalam negeri.

Dosen yang juga guru besar di Fakultas Peternakan (Fapet) UGM, Prof. Ir. Bambang Suwignyo, S.Pt., MP., Ph.D., IPM., ASEAN Eng., menuturkan data impor alfalfa juga terkonfirmasi dari hasil diskusi tim Fapet UGM dengan beberapa perusahaan industri ternak perah yang membutuhkan pakan alfalfa setidaknya 300 ton dalam bentuk hay setiap bulannya.

“Kasus ini mengindikasikan bahwa alfalfa bagi ternak perah tak tergantikan oleh pakan hijauan lainnya,”kata Bambang, Rabu (12/3).

Menanggapi hal ini, Bambang Suwignyo melalui program Dana Padanan (Kedaireka) meluncurkan inovasi berjudul Optimalisasi Kambing Peranakan Etawa (PE) sebagai ternak unggulan di Kulon Progo, Yogyakarta. Program ini tidak hanya bertujuan meningkatkan produksi susu lokal, tetapi juga mendukung program nasional.

Program ini merupakan kerja sama antara UGM dengan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo (melalui BAPPEDA). Salah satu aktivitas yang dilakukan pada program ini adalah membuat demplot alfalfa seluas 1 ha. Prof. Bambang Suwignyo merupakan inventor dari varietas alfalfa tropik yang telah diakui sebagai plasma nutfah Indonesia oleh PPVT Kementan RI (Nomor 929/PVHP/2021) dengan nama Kacang Ratu BW.

Program yang dilakukan Bambang Suwignyo ini mengintegrasikan manajemen pakan dan sistem pertanian terpadu untuk menciptakan rantai produksi yang berkelanjutan. Salah satu fokus utamanya adalah penggunaan pakan hijauan unggul, yaitu Alfalfa Tropik (Kacang Ratu BW), yang diharapkan dalam jangka panjang mampu mengurangi ketergantungan pada impor alfalfa. Melalui serangkaian kegiatan, program ini berhasil meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak dalam mengelola Kambing PE, khususnya manajemen pakan dan produksi susu.

 

Produksi Alfalfa Tropik: Solusi Mengurangi Ketergantungan Impor

Salah satu pencapaian signifikan dari program ini adalah keberhasilan budi daya Alfalfa Tropik seluas 1 hektare. Alfalfa dapat tumbuh dengan baik dengan produksi segar berkisar antara 10 – 18 ton/ha. Alfalfa Tropik dapat menjadi alternatif pakan hijauan berkualitas tinggi yang proyeksi jangka panjangnya dapat menggantikan sebagian kebutuhan impor alfalfa. Kadar protein pakan pada peternak meningkat dari rata-rata 10% menjadi 15%, yang berdampak langsung pada peningkatan produktivitas Kambing PE, terutama dalam produksi susu. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa Alfalfa Tropik tidak hanya layak dibudidayakan di Indonesia, tetapi juga mampu memenuhi kebutuhan pakan ternak secara mandiri. Dengan demikian, program ini menjadi langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan impor alfalfa sekaligus meningkatkan ketahanan pangan nasional.

Selain itu, setelah dilakukan evaluasi selama 4 bulan juga menunjukkan adanya peningkatan produksi susu sekitar 20% serta bobot kambing yang meningkat hingga 15%. Biaya pakan juga berkurang hingga 30% berkat pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan alternatif.

 

Sumber: Bambang Suwignyo

Editor: Satria