
Universitas Gadjah Mada melalui Program Doktor Ilmu Peternakan kembali mencatatkan langkah penting dalam pengembangan inovasi di bidang reproduksi ternak. Salah satu mahasiswa program doktor Fapet UGM yang lulus 2023 lalu, Teguh Ari Prabowo, telah mengembangkan kit deteksi kerusakan DNA spermatozoa sapi yang ditujukan untuk mendukung peningkatan keberhasilan program Inseminasi Buatan (IB). Penelitian ini menjadi upaya nyata akademisi dalam menjawab tantangan praktis di sektor peternakan, khususnya terkait kualitas semen beku sebagai penentu utama keberhasilan fertilisasi.
Penelitian ini dilaksanakan di bawah bimbingan promotor Prof. Ir. Diah Tri Widayati, Ph.D., IPU. ASEAN Eng., serta ko-promotor Prof. Dr. Ir. Sigit Bintara, M.Si., IPU., ASEAN Eng., dan Prof. Dr. Ir. Liesmira Yusiati, SU., IPU., ASEAN Eng. Kolaborasi bimbingan ini diharapkan dapat menghasilkan riset yang tidak hanya memiliki dampak ilmiah, tetapi juga aplikatif, sehingga mampu memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan peternakan nasional.
Selama ini, kit deteksi kerusakan DNA spermatozoa yang tersedia di pasaran masih bergantung pada produk impor. Harga yang relatif tinggi dan keterbatasan ketersediaan menjadi hambatan besar bagi para peneliti, laboratorium, dan praktisi peternakan untuk memastikan kualitas semen beku. Padahal, kerusakan DNA pada spermatozoa merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan viabilitas sperma, kemampuan fertilisasi, serta peluang keberhasilan program IB.
Melihat persoalan tersebut, Teguh bersama tim pembimbing berupaya menghadirkan solusi melalui pengembangan kit alternatif yang lebih terjangkau, mudah diakses, dan sesuai dengan kondisi lapangan di Indonesia. Dengan adanya kit ini, diharapkan proses seleksi kualitas semen dapat dilakukan secara lebih efektif, sehingga keberhasilan program IB akan meningkat, dan produktivitas peternakan dapat didorong secara berkelanjutan.
Promotor penelitian, Prof. Ir. Diah Tri Widayati, Ph.D., IPU. ASEAN Eng., menegaskan pentingnya riset ini dalam mendukung pembangunan peternakan nasional. “Inovasi ini tidak hanya bernilai akademis, tetapi juga aplikatif. Kehadiran kit deteksi kerusakan DNA spermatozoa yang lebih terjangkau akan membantu memperkuat sektor peternakan nasional, mengurangi ketergantungan pada produk impor, dan pada akhirnya mendukung program ketahanan pangan Indonesia,” ujarnya, Kamis (25/9). Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa penelitian seperti ini selaras dengan visi UGM sebagai perguruan tinggi yang berkomitmen menghadirkan solusi nyata atas permasalahan masyarakat.
Pengembangan kit ini juga menjadi bagian dari kontribusi ilmu pengetahuan dalam memperkuat ketahanan pangan nasional. Melalui peningkatan keberhasilan IB, kualitas bibit ternak dapat lebih terjamin, sehingga produktivitas sapi potong maupun sapi perah dapat ditingkatkan. Hal ini pada gilirannya berkontribusi pada ketersediaan daging dan susu dalam negeri yang lebih stabil, sejalan dengan program pemerintah untuk mewujudkan kemandirian pangan.
Dengan riset ini, Universitas Gadjah Mada kembali menegaskan perannya sebagai pusat keunggulan riset dan inovasi di bidang peternakan. Kehadiran kit deteksi kerusakan DNA spermatozoa sapi hasil karya anak bangsa diharapkan dapat memperkuat daya saing penelitian dalam negeri sekaligus memberikan manfaat nyata bagi para pelaku peternakan di seluruh Indonesia.
Sumber: Tim peneliti
Editor: Satria