Peneliti Fapet UGM Bekali Pengetahuan Tentang Rumput Gama Umami sebagai Komoditas Unggulan kepada Calon Peserta KKN

Prof. Ir. Nafiatul Umami, S.Pt., MP., Ph.D., IPM., ASEAN Eng., dosen sekaligus peneliti dari Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Gadjah Mada (UGM), memperkenalkan potensi rumput Gama Umami kepada para mahasiswa calon peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN), Senin (2/6) di Fapet UGM. Dalam paparannya, Nafiatul tidak hanya menjelaskan keunggulan rumput ini sebagai pakan ternak, tetapi juga menyoroti peluangnya sebagai komoditas yang menjanjikan untuk meningkatkan pendapatan petani dan peternak.

Nafiatul menekankan bahwa rumput Gama Umami telah berevolusi dari sekadar pakan ternak menjadi sebuah komoditas bernilai ekonomi. Potensi ini diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat di berbagai daerah.

“Pakan menjadi sektor penting dalam siklus peternakan. Anda nanti bisa coba di lokasi KKN dengan lahan seadanya yang tersedia,”kata Nafiatul.

Antusiasme terlihat jelas dari para mahasiswa yang akan mengikuti KKN di berbagai lokasi, seperti Lombok, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara dan Sulawesi Utara. Mereka aktif mengikuti paparan dan mengajukan berbagai pertanyaan kepada Nafiatul Umami, menunjukkan minat yang tinggi terhadap inovasi ini dan potensi penerapannya di lapangan.

Pengenalan rumput Gama Umami ini diharapkan dapat menjadi bekal bagi para mahasiswa KKN untuk berkontribusi secara nyata dalam pengembangan pertanian dan peternakan di daerah penempatan mereka, sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat setempat.

Seperti diketahui, Gama Umami berasal dari mutasi rumput gajah yang telah diradiasi sinar gamma sehingga menghasilkan rumput yang lebih unggul dibandingkan dengan tetuanya. Rumput gajah dipilih karena rumput ini merupakan jenis yang unggul, disukai ternak ruminansia, dan sangat cocok dikembangkan di Indonesia yang merupakan negara beriklim tropis. Produksi segar Gama Umami bisa mencapai 30-50 kg/m2 ubinan atau lebih besar dibanding rumput gajah lokal sebagai tetua dan dalam setahun dapat dipanen hingga 6 kali.

 

Penulis: Satria

Foto: Nafiatul