Raih Doktor Usai Teliti Potensi Ekonomi dan Ekologi Peternakan Sapi Potong di Manokwari

Mahasiswi Program Doktoral Ilmu Peternakan Fakultas Peternakan (Fapet) UGM, Iriani Sumpe, meraih gelar doktor usai mempertahankan disertasinya berjudul Green Economy Ternak Sapi Potong Berbasis Potensi Input Sumber Daya dengan Pendekatan Natural Resources Accounting: Studi Kasus di Kabupaten Manokwari, Jumat (23/5).

Dalam ujian tersebut bertindak selaku Tim Promotor yaitu Prof. Dr. Ir. Tri Anggraini Kusumastuti, SP., MP., IPM, (Promotor), Prof Dr. Ir. Bambang Suhartanto, DEA , IPU., (Co-Promotor) dan Dr. Ir. Siti Andarwati, S.Pt., M.P., IPU., ASEAN Eng (Co-Promotor).

Penelitian yang dilakukan Iriani ini bertujuan untuk mengeksplorasi potensi ekonomi dan ekologi dari peternakan sapi potong di Kabupaten Manokwari melalui pendekatan nilai ekonomi total (Total Economic Value).

“Kabupaten Manokwari memiliki potensi besar dalam pengembangan peternakan sapi potong tetapi juga menghadapi tantangan berupa rendahnya produktivitas ternak akibat keterbatasan teknologi, sumber daya manusia, dan pemanfaatan sumber daya lokal yang optimal,”papar Iriani.

Ia menambahkan penelitian ini menggunakan metodologi yang terintegrasi untuk mengidentifikasi dan mengukur aset potensi biomassa ternak, kapasitas daya tampung lahan pakan hijauan, serta nilai ekonomi dari potensi sumber daya tersebut. Data dikumpulkan melalui survei terhadap 160 peternak di enam distrik dengan populasi sapi tertinggi di Kabupaten Manokwari, yaitu Warmare, Prafi, Masni, Manokwari Barat, Manokwari Selatan, dan Sidey.

Hasil penelitian menunjukkan adanya 64 jenis hijauan yang terdiri dari 16 jenis rumput (Graminae), 11 jenis leguminosa, 22 jenis hijauan lain yang dapat dikonsumsi, dan 15 jenis hijauan yang tidak dapat dikonsumsi ternak. Meskipun keragaman ini menunjukkan potensi besar, kapasitas daya tampung rata-rata lahan di Kabupaten Manokwari tergolong rendah, yaitu hanya 0,61 UT/Ha. Analisis ekonomi memperkirakan bahwa nilai ekonomi pemanfaatan pakan hijauan lokal mencapai Rp55,8 miliar per tahun.

“Pemerintah perlu meningkatkan investasi dalam pengembangan teknologi pakan dan reproduksi ternak. Di sini pengadaan bibit unggul, inseminasi buatan, dan pengelolaan hijauan pakan ternak menjadi prioritas utama,”kata dosen Universitas Papua itu.

 

Penulis: Satria

Sumber: Sekretariat Pascasarjana Fapet