Adaptasi Bahasa hingga Teknologi, Ini Cerita Magang Mahasiswa Fapet di Jepang

Disiplin waktu dan ketelitian merupakan dua hal utama yang menjadi ciri khas orang Jepang. Itu pula yang dijumpai oleh Muh. Dino Prasetyo, mahasiswa Fakultas Peternakan (Fapet) UGM angkatan 2022, yang tengah magang di peternakan ayam layer di Jepang sejak Februari 2025 lalu.

Awalnya, Dino memerlukan waktu untuk menyesuaikan ritme bekerja bersama orang Jepang. Namun, lambat laun akhirnya terbiasa pula.

“Orang Jepang sangat disiplin terhadap waktu. Selain itu, orang Jepang juga sangat teliti dalam pekerjaannya, jadi segala hal yang dikerjakan penuh perhitungan,”kata Dino saat dihubungi, Kamis (26/6).

Ia mengakui tantangan terbesar dalam interaksi adalah bahasa Jepang itu sendiri. Meskipun ada orang asing seperti dari Brazil, Vietnam, Myanmar, dan Filipina, kata Dino, bahasa sehari-hari yang digunakan semua orang tetap bahasa Jepang. Pada awalnya Dino sangat kesulitan tetapi seiring berjalannya waktu banyak kosakata yang dipelajari sehingga menjadi terbiasa mendengar dan berbicara bahasa Jepang.

“Orang Jepang sangat suka bertukar informasi mengenai hal-hal yang ada di Indonesia, contohnya bahasa, makanan, budaya, daerah, dan lain sebagainya,”papar mahasiswa asal Purwokerto tersebut.

Inspirasi Dari Jepang

Selama magang Dino melihat beberapa hal yang bisa diadopsi di Indonesia. Ia mencontohkan tentang sistem diet ayam serta teknologi. Untuk sistem diet ayam di Jepang dilakukan saat telur ayam sudah mulai kurang bagus.

“Untuk teknologi, saya rasa di Indonesia harus mengadaptasi sistem distribusi telur di Jepang, misalnya dari total 10 kandang di sini saling berhubungan dalam proses distribusi telurnya. Masing-masing kandang sudah memiliki jadwal distribusi sendiri-sendiri. Seluruh telur tersebut akan didistribusikan ke tempat pengumpulan telur dan akan diseleksi terlebih dahulu lalu dipasarkan,”urai Dino.

Teknologi yang dipakai, menurut Dino, cukup canggih dan sangat mempermudah pekerjaan di sini, mulai dari pemberian pakan, pemberian air, distribusi telur, pengatur suhu otomatis, sampai pembuangan kotoran pun sudah otomatis. Meskipun demikian, ia dan tim masih harus melakukan konfirmasi kembali dan perbaikan ketika ada yang rusak. “Saya rasa masih sedikit peternakan ayam layer di Indonesia yang menggunakan sistem closed house dan otomatisasi seperti di sini,”kata Dino.

Rutinitas Harian

Dino bercerita kegiatan harian yang dilakukannya selama magang di Crest Co Ltd, Jepang. Kegiatan harian dimulai dari pukul 07.00 hingga 17.30. Untuk menuju tempat kerja Dino cukup berjalan kaki karena jarak dari asrama ke tempat kerja cukup dekat. Saat bekerja kegiatan wajib yang dilakukan yaitu melakukan pengecekan pakan dan air, cek ayam mati, pengecekan alat, memastikan sirkulasi udara bagus, serta yang paling utama memastikan distribusi telur berjalan lancar.

Setelah itu, baru membuang kotoran ayam, membersihkan kandang, perawatan mesin, vaksin, menimbang ayam dan telur, serta melakukan perbaikan alat atau mesin. Sebelum memegang tanggung jawab terhadap 2 kandang (yang berisi sekitar 110 ribu ekor ayam), mahasiswa magang diberi waktu 3 bulan belajar bersama orang yang sudah berpengalaman lama di sini, sehingga dapat melakukan pekerjaan dengan baik.

“Jangan takut untuk mencoba dan gagal, manfaatkan waktu ketika masih menjadi mahasiswa untuk belajar hal-hal baru, mencari relasi, serta pengalaman,”pesan Dino.

Seperti diberitakan sebelumnya, Fapet UGM mengirimkan 4 (empat) mahasiswa terbaiknya untuk magang bekerja selama 1 tahun di Crest Co Ltd, Jepang. Mereka adalah Taufik Nur Huda, Muh. Dino Prasetyo, Devara Dhian Alvioneta dan Puteri Khairunnisa. Semuanya adalah mahasiswa Fapet UGM angkatan 2022. Di Jepang, Devara dan Puteri akan magang bekerja di peternakan babi, sedangkan Taufik dan Dino akan magang di peternakan ayam layer.

 

Penulis: Satria

Foto: Dino