
Fakultas Peternakan (Fapet) UGM menggelar Industrial Lectures 2025 selama tiga hari, 19–21 Agustus 2025. Dekan Fapet UGM, Prof. Ir. Budi Guntoro, S.Pt., M.Sc., Ph.D., IPU., ASEAN Eng., menyampaikan kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan perkembangan terbaru industri peternakan, baik di tingkat nasional maupun global.
“Industrial Lectures ini bagian dari program Pionir Rancher di Fapet. Jadi, sekaligus sebagai proses pengenalan kampus bagi mahasiswa baru, yang sebagian juga direkognisi ke kuliah Pengantar Ilmu Peternakan,” terang Budi pada Kamis (21/8).
Untuk memberi wawasan langsung, Fapet UGM menghadirkan sejumlah profesional dari berbagai perusahaan ternama di bidang peternakan. Beberapa di antaranya adalah Adikelana Adiwoso (Presdir PT. Juang Jaya Abdi Alam), Dr. Ir. Audy Joinaidy, S.Pt., M.Sc., M.IP., M.M., IPU., ASEAN Eng. (PB ISPI), Ir. Muryanto, S.Pt., MBA., IPU. (Wakil Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia), Ir. Achmad Dawami (Ketua KAPGAMA & PT. Japfa Comfeed Indonesia) dan Ir. Sopyan Haris, S.Pt., MM., IPU., ASEAN Eng. (PT. Charoen Pokphand Indonesia)
“Melalui forum ini, kami juga ingin menekankan pentingnya profesi insinyur peternakan bagi masa depan sektor ini,” imbuh Budi.
Tren dan Peluang Bisnis Unggas
Salah satu sesi menarik dibawakan oleh Thomas Kristiyanto dari PT. Cheil Jedang Indonesia. Ia memaparkan tren serta peluang bisnis unggas di Indonesia yang saat ini menyumbang sekitar 60% PDB peternakan. Industri ini juga telah menyerap 10% tenaga kerja nasional dengan omzet mencapai Rp700 triliun per tahun.
Hal senada disampaikan Ir. Robi Agustiar, MSc., S.Pt., IPM., ASEAN Eng. dari PT Samana Agri Yasa. Menurutnya, peluang ekspor unggas semakin menjanjikan dengan nilai mencapai 16,8 juta dolar pada 2024. Indonesia bahkan menempati peringkat ke-4 dunia dalam ekspor produk unggas, sebuah potensi besar untuk dikembangkan.
Insinyur Peternakan, Pilar Transformasi
Sementara itu, Ir. Bagus Pekik, S.Pt., IPU., ASEAN Eng. dari PT Haida Agriculture Indonesia menekankan peran insinyur serta sarjana peternakan dalam transformasi sektor ini.
“Diperlukan sinergi lintas sektor, peningkatan kapasitas, serta inovasi berkelanjutan untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045,” tegasnya.
Penulis: Satria
Foto: Margiyono