Fapet UGM Dorong Praktik Pengelolaan Sampah Mandiri Melalui Pendekatan Ekonomi Sirkular

Fakultas Peternakan (Fapet) UGM menggelar Workshop Pengolahan Sampah: Community-Driven Waste Management and Circular Economy in Yogyakarta pada Rabu, 10 Desember 2025. Kegiatan ini merupakan bagian dari program CircuLife–SLI 2025 yang berfokus pada pengelolaan sampah berbasis masyarakat dan ekonomi sirkular.

Dekan Fapet UGM, Prof. Ir. Budi Guntoro, S.Pt., M.Sc., Ph.D., IPU., ASEAN Eng., dalam sambutannya menegaskan program pengelolaan sampah ini sejalan dengan tujuan Health Promoting University (HPU) UGM.

“Kita prihatin melihat ada data sampah di Yogyakarta ini yang bisa diolah dan dikelola kembali hanya sekitar 40% saja,”papar Budi.

Senada dengan Dekan, Lurah Triharjo, Sleman, Irawan, S.IP., mengatakan pengelolaan sampah merupakan tanggung jawab bersama, bukan hanya individu. Namun, ia mengakui belum sepenuhnya masyarakat menyadari hal tersebut.

“Di wilayah kita sudah diberlakukan sanksi. Kemarin yang sengaja membuang sampah asli warga Triharjo hanya 1, 4 lainnya dari luar daerah,”kata Irawan.

 

Belajar dari Keberhasilan Desa Panggungharjo Mengelola Sampah

Pada workshop sesi pertama menghadirkan Lurah Panggungharjo, Ari Suryanto, S.E. memperkenalkan model pengelolaan sampah komunal melalui BUMDes, sebuah praktik baik yang menjadi rujukan nasional.

Ia menjelaskan bahwa Desa Panggungharjo mulai membangun sistem pengelolaan sampah bertanggung jawab sejak 2013 dengan lima pilar, yaitu infrastruktur politik, infrastruktur sosial, infrastruktur ekonomi, infrastruktur teknologi dan pewarisan pengetahuan melalui pendirian Pusat Pendidikan Pengelolaan Sampah Perkotaan.

“Sejak 2013 Desa Panggungharjo mampu mengolah sampah organik, residu, minyak jelantah, hingga rosok. Sistem pemilahan menjadi sumber kunci utama keberhasilan desa ini,”papar Ari.

Sementara pada materi kedua disampaikan oleh dosen Fapet, Dr. Viagian Pastawan. Ia menjelaskan pentingnya pengolahan limbah organik agar tidak mencemari lingkungan, terutama karena kandungan nitrogen berlebih dapat meresap ke tanah atau air permukaan.

Penulis: Satria

Foto: Margiyono

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses