Mahasiswa Fapet UGM Juara 2 Business Plan Competititon Tingkat Nasional

Mahasiswa Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menunjukkan prestasi yang membanggakan di perlombaan bisnis nasional. Kali ini, mereka berhasil meraih penghargaan dalam kompetisi Business Plan Competition tingkat nasional yang diadakan oleh Paguyuban Karya Salemba Empat Universitas Jambi pada rangkaian acara KSE Fair 2025 pada 8 April hingga 5 Juni 2025. Tim yang beranggotakan tiga mahasiswa, yaitu Iman Hasanudin selaku ketua tim, Hadi Ramlan sebagai anggota pertama, dan Winda Putri Amelia sebagai anggota kedua, sukses menorehkan prestasi gemilang dengan meraih juara 2 nasional pada kategori Business Plan Competition, mengungguli total 22 tim lain dari berbagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang tersebar di seluruh Indonesia.

Iman menjelaskan konsep usaha yang berhasil mengantarkan tim mereka meraih juara kedua tersebut bergerak di bidang peternakan maggot Black Soldier Fly (BSF) yang diintegrasikan dengan budi daya ikan gurami menggunakan teknologi Recirculating Aquaculture System (RAS). Ide tersebut muncul ketika mereka melihat adanya masalah di masyarakat, yaitu belum adanya teknologi yang mampu mengurai limbah organik secara efektif. Akibatnya, limbah-limbah organik seringkali menimbulkan bau tak sedap hingga memicu munculnya sumber penyakit di lingkungan sekitar masyarakat.

“Dari sisi olahan hasil perairan, masyarakat saat ini semakin peduli terhadap kandungan dan komposisi sebuah produk pangan yang mereka konsumsi, terutama pada produk ikan segar yang rentan terpapar penggunaan obat-obatan kimia yang dapat berdampak negatif bagi kesehatan,”kata Iman, Senin (7/7).

Berdasarkan permasalahan tersebut, mereka kemudian menggagas konsep integrated farming system yang mengombinasikan budi daya maggot BSF dengan budi daya ikan gurami yang dilengkapi sistem kontrol Internet of Thinking (IoT), sehingga mampu menghasilkan produk ikan segar yang terjamin dari pengaruh penggunaan obat-obatan kimia dan persentase kematian ikan hanya 1-5% saja.

Maggot BSF, kata Iman, memiliki kemampuan untuk mengurai limbah organik secara signifikan, di mana satu kilogram maggot BSF mampu mengurai hingga tiga kilogram limbah organik hanya dalam kurun waktu 24 jam. Limbah yang telah terurai tersebut kemudian dapat dimanfaatkan sebagai pupuk alami bagi tumbuhan karena telah mengalami proses biokonversi secara alami. Maggot BSF ini nantinya akan dikembangbiakkan dan dipanen dalam waktu 14 hingga 20 hari sejak masa pemeliharaan.

“Teknologi pemanfaatan maggot BSF sebagai pengurai limbah organik sebenarnya sudah dikenal di kalangan tertentu, namun belum banyak pihak yang mengintegrasikannya secara langsung menjadi pakan tambahan bagi ikan gurami melalui teknologi Recirculating Aquaculture System,”paparnya.

 

Sumber: Iman H

Editor: Satria