Sebagai lanjutan dari pelatihan di Athena, Program Erasmus+ ELEGTEC (Enhancing Sustainable and Green Leather Technology in Indonesia) kembali menyelenggarakan pelatihan internasional di Italia yang berlangsung pada tanggal 14 hingga 25 Juli 2025. Kegiatan ini bertempat di Universitas Pisa, khususnya di Departemen Teknik Sipil dan Industri serta Teknik Kimia dan Industri, serta pusat penelitian dan pelatihan kulit PO.TE.CO. Pelatihan ini diikuti oleh mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Hasanuddin (UNHAS), dan Universitas Mataram (UNRAM), yang mempelajari secara mendalam penerapan circular economy dalam industri kulit serta teknologi pengolahan limbah berbasis prinsip keberlanjutan.
Pelatihan secara resmi dibuka oleh Prof. Maurizia Seggiani dari Universitas Pisa. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya pelatihan bagi peserta dari Indonesia yang tengah membangun industri kulit berorientasi lingkungan.
“Italia, khususnya kawasan Florence, dikenal secara global sebagai pusat produksi kulit terbaik, terutama untuk produk fashion dan barang mewah. Melalui pelatihan ini, saya berharap peserta dapat menyerap pengetahuan teknis dan filosofi keberlanjutan yang kami terapkan di sini, lalu membawanya pulang sebagai inspirasi untuk pengembangan industri kulit yang lebih bertanggung jawab di Indonesia,” ujar Prof. Maurizia. Ia juga menyampaikan bahwa pengelolaan limbah dengan pendekatan circular economy menjadi kunci dalam menjaga keberlangsungan industri ini di masa depan.
Selama dua minggu pelatihan, para peserta mempelajari berbagai metode pengelolaan limbah dan inovasi pemanfaatan bahan ikutan hasil penyamakan kulit. Peserta dibekali pengetahuan dan praktik mengenai proses chromium recovery dari limbah cair, protein recovery dari limbah fleshing dan shaving, serta proses hidrolisis limbah padat penyamakan kulit untuk menghasilkan collagen hydrolysates. Selain itu, peserta juga dikenalkan dengan pendekatan green chemistry dalam proses penyamakan, seperti mengganti penggunaan natrium sulfida (Na₂S) dengan hidrogen peroksida (H₂O₂) dalam proses liming. Di laboratorium, peserta juga melakukan praktik pirolisis serta pengujian terhadap proses ekstraksi bahan penyamak dari biomassa menggunakan metode inovatif. Salah satu bahan yang diuji adalah secang dari Indonesia untuk mengetahui potensinya sebagai sumber tanin nabati (vegetable tannin) dalam industri kulit.
Selain itu, pelatihan juga mencakup kunjungan industri ke dua penyamakan kulit modern, yaitu Volfoni dan Settebello, serta fasilitas pengolahan limbah seperti Aquarno dan Cuidepur yang telah menerapkan sistem pengelolaan limbah industri yang terintegrasi. Di sana, para peserta menyaksikan langsung bagaimana limbah kulit maupun limbah kota dikelola dengan efisien untuk kemudian dimanfaatkan kembali untuk sumber daya lanjutan. Para peserta juga melakukan diskusi dan pertemuan dengan perusahaan bahan kimia penyamak kulit Alpachem serta asosiasi penyamakan kulit Italia, yang menjadi forum berbagi pengetahuan dan penjajakan kerja sama antara pelaku industri dan institusi akademik. Pada minggu kedua, dosen dari Fakultas Peternakan UGM khususnya dari Laboratorium Teknologi Kulit, Hasil Ikutan, dan Limbah Peternakan turut hadir dalam rangka pertemuan lanjutan program ELEGTEC, yang menjadi bagian dari pengembangan dan kesinambungan kerja sama bilateral ini.
Imani Fathi, mahasiswa dari Fakultas Peternakan UGM, menyampaikan ketertarikannya terhadap proses pemanfaatan limbah kulit menjadi kolagen.
“Saya sangat tertarik dengan proses hidrolisis kolagen dari limbah padat hasil penyamakan. Bayangkan, kulit yang sebelumnya hanya dianggap limbah ternyata bisa diolah menjadi kolagen yang bernilai tinggi, baik untuk bahan pangan maupun kosmetik. Ini bukan hanya sekadar daur ulang, tetapi bentuk transformasi limbah menjadi komoditas yang berdaya guna tinggi. Pengalaman ini membuka mata saya bahwa teknologi dapat memberikan solusi konkret terhadap permasalahan limbah industri, sekaligus menciptakan peluang ekonomi baru yang berkelanjutan,” ujar Fathi.
Alan, yang juga merupakan mahasiswa dari Fakultas Peternakan UGM, mengungkapkan kekagumannya terhadap sistem pengelolaan limbah yang diterapkan di industri kulit Italia. “Saya benar-benar kagum dengan bagaimana sistem di sini dibangun secara terintegrasi dan efisien. Hampir tidak ada limbah yang terbuang sia-sia. Semuanya telah dirancang sedemikian rupa untuk kembali masuk dalam rantai produksi melalui pendekatan circular economy. Bahkan, sistem perpipaan bawah tanah yang langsung mengalirkan limbah ke pusat pengolahan seperti Aquarno sangat meminimalkan pencemaran dan mempercepat proses daur ulang. Yang lebih menakjubkan lagi, hasil dari pengolahan limbah tersebut bisa dimanfaatkan sebagai pupuk, material bangunan, bahkan aspal. Ini menunjukkan bahwa dengan desain sistem yang tepat, industri tidak hanya bisa ramah lingkungan tetapi juga lebih hemat biaya produksi. Saya pikir Indonesia perlu mulai berinvestasi pada sistem seperti ini,” jelas Alan.
Pelatihan selama enam minggu yang berlangsung di tiga negara yakni Turki, Yunani, dan Italia telah membuka wawasan para peserta mengenai pentingnya pendekatan berkelanjutan dalam industri kulit. Harapannya, ilmu dan pengalaman yang diperoleh dari pelatihan ini dapat diterapkan di Indonesia, guna mendorong terciptanya industri kulit yang lebih hijau, efisien, dan berdaya saing global, sejalan dengan prinsip circular economy dan inovasi teknologi berbasis sains terapan.
Sebagai tindak lanjut dari kolaborasi ini, pada tahun 2026 mendatang, staf dari universitas mitra di Eropa direncanakan akan melakukan kunjungan balasan ke Indonesia untuk mengikuti pelatihan dan pertukaran pengetahuan di UGM terkait industri kulit dan pengolahan hasil ternak.

Sumber: Zainal Abidin
Editor: Satria