Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementerian Pertanian, Dr. Drh. Agung Suganda, M.Si, berharap agar kerja sama Kementerian Pertanian dengan Kementerian Perhubungan terkait dengan keberadaan kapal ternak Camara Nusantara (CN) bisa diteruskan untuk existing trayek yang sudah ada. Agung juga mendorong penambahan trayek baru untuk memenuhi kebutuhan lalu lintas ternak.
”Indonesia itu adalah negara kepulauan sehingga membutuhkan tol laut yang lebih efisien. Untuk itu selain SOP teknis perlu dipikirkan pola distribusi yang mendorong adanya efisiensi,”papar Agung dalam sambutannya usai ujian terbuka promosi doktor Direktur Pakan, Kementan, Ir. Tri Melasari, S.Pt., M.Si., IPM, Sabtu (25/10) di Fakultas Peternakan (fapet) UGM.
Agung juga berharap munculnya peran swasta dalam pengadaan kapal angkut ternak selain dari pemerintah.
Di tingkat ASEAN, kata Agung, baru Indonesia yang bisa mengirimkan ayam hidup dari Bintan ke Singapura dengan kapal angkut ternak oleh pihak swasta. Tingkat keberhasilan dan kesejahteraan hewan (animal welfare)-nya juga terjaga karena dalam pengiriman yang memerlukan waktu selama 8 jam tersebut hanya 1 ekor ayam yang mati.
”Kondisi atau pola semacam ini perlu terus kita dorong termasuk di ternak ruminansia, baik ruminansia besar dan kecil,”katanya.
Direktur Pakan Raih Cumlaude
Sementara itu, dalam ujian terbuka promosi doktor hari ini Tri Melasari dinyatakan lulus doktor dari Fapet UGM dengan predikat cumlaude dengan lama studi 2 tahun 7 bulan 17 hari serta IPK 3,99.
Disertasi yang dipertahankan Tri Melasari berjudul Efektivitas Keberadaan Kapal Ternak Camara Nusantara dan Penerapan Prinsip Kesejahteraan Ternak Dalam Distribusi Ternak Sapi di Indonesia.
Penelitian ini menyoroti pentingnya transportasi laut khusus ternak dalam mendukung distribusi sapi antar pulau, sekaligus penerapan prinsip kesejahteraan hewan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapal ternak CN berperan signifikan dalam menekan disparitas harga antara daerah produsen dan konsumen. Meskipun volatilitas harga belum sepenuhnya terkendali, keberadaan kapal ternak terbukti mampu menjaga stabilitas distribusi sapi antarwilayah.

Dari aspek kesejahteraan hewan, kapal CN telah memenuhi standar yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan susut bobot badan sapi rata-rata hanya 6,27%, lebih rendah dibanding transportasi konvensional. Faktor yang mendukung antara lain ketersediaan pakan dan air, ventilasi yang memadai, serta pengaturan kepadatan ternak.
Dari sisi ekonomi, hasil analisis menunjukkan bahwa kapal CN layak secara finansial dengan rasio manfaat-biaya sebesar 1,243. Keberadaan kapal ternak ini juga mendorong pertumbuhan usaha sapi potong di Nusa Tenggara Timur (NTT), memperluas akses pasar, dan meningkatkan kesejahteraan peternak.
Hadir sebagai ketua sidang dan tim penguji Ir. R. Ahmad Romadhoni Surya Putra, S.Pt., M.Sc., Ph.D., IPU., ASEAN Eng., Prof. Dr. Budi Guntoro, S.Pt., M.Sc., Ph.D., IPU., ASEAN Eng, Prof. Dr. Ir. Mujtahidah Anggriani Ummul Muzayyanah, S.Pt., MP., Ph.D., IPM., Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA., IPU., ASEAN Eng., Prof. Dr.Sc.Agr. Ir. Suyadi, M.S., IPU., ASEAN Eng., Prof. Dr. Ir. Tri Satya Mastuti Widi, S.Pt., M.P., M.Sc., IPM., ASEAN Eng dan Prof. Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc.Agr., IPU.

Penulis: Satria
Foto: Margiyono