Raih Doktor Usai Kaji Polymorphism Gen Letin terhadap Sifat Pertumbuhan dan Reproduksi pada Sapi Persilangan F1 Pejantan Belgian Blue dengan Induk Brahman Cross

Devi Ermawati meraih gelar doktor usai mempertahankan disertasinya berjudul Polymorphism Gen Letin terhadap Sifat Pertumbuhan dan Reproduksi pada Sapi Persilangan F1 Pejantan Belgian Blue dengan Induk Brahman Cross, Jumat (11/7). Penelitian Devi ini berdasarkan persoalan yang memperlihatkan produktivitas sapi potong di Indonesia masih terkendala bobot rendah. Oleh karena itu, Brahman Cross dan Belgian Blue disilangkan dan diseleksi genetiknya untuk peningkatan pertumbuhan dan reproduksi.

“Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi SNP gen leptin dan hubungannya dengan pertumbuhan dan reproduksi pada sapi Brahman Cross dan sapi persilangan F1 Belgian Blue,”papar Devi.

Ia mengakui penelitian tentang SNP gen leptin pada sapi persilangan di Indonesia masih terbatas, padahal berpotensi besar untuk seleksi molekuler dalam program pemuliaan ternak.

Penelitian yang dilakukan Devi dilakukan di PT Pasir Tengah, Cianjur, Jawa Barat. Sementara sampel yang digunakan yaitu 10 ekor sapi Brahman Cross dan 85 ekor sapi F1 Belgian Blue. Data pertumbuhan yang diamati, imbuh Devi, meliputi bobot badan, ukuran tubuh, average daily gain, konsumsi, konversi, dan efisiensi pakan. Sedangkan data reproduksi meliputi tanda visual estrus, kadar estrogen, vaginal smear, umur pubertas, umur pertama kawin, post partum estrus (PPE), post partum mating (PPM), dan service per conception (S/C).

Di bawah bimbingan tim promotor, Prof. Ir. Tety Hartatik, S.Pt.,Ph.D.,IPM, Prof. Ir. Panjono, S.Pt., M.P., Ph.D., IPM., ASEAN Eng dan Prof. Dr. Ir. Sigit Bintara, M.Si., IPU., ASEAN Eng hasil penelitiannya menunjukkan bahwa SNP g.3272 T/C memiliki hubungan signifikan (p<0,05) dengan bobot badan, ukuran tubuh, dan ADG pada saat lahir, sapih, dan 1 tahun, dengan genotip TC memiliki nilai yang tertinggi pada sapi F1 Belgian Blue.

Hubungan antara SNP gen leptin dengan sifat reproduksi menunjukkan bahwa genotip TT pada sapi Brahman Cross lebih cepat dalam umur pubertas (19,50±1,29), umur pertama kawin (20,50±1,29), PPE (78,50±1,29), sementara sapi F1 Belgian Blue genotip TC lebih cepat dalam umur pubertas (18,85±0,56), umur pertama kawin (19,50±1,29), dan PPE (75,80±1,92).

“Genotip TT berperan dengan reproduksi pada sapi Brahman Cross, sementara genotip TC unggul dalam pertumbuhan dan reproduksi pada sapi F1 Belgian Blue. Pemilihan genotip yang tepat berpotensi meningkatkan efisiensi produksi sapi potong di Indonesia,”pungkas Devi.

 

Penulis: Satria

Foto: Tim Pasca Fapet